Kisah Sahabat Nabi: Abdurrahman bin Auf, "Manusia Bertangan Emas"
Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup.
Pada masa Jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam.
Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun ia tetap sabar dan tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraiys.
Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi Al-Anshari.
Sa'ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, "Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!"
Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Saya ingin menikah, ya Rasulullah," katanya.
"Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?" tanya Rasul SAW.
"Emas seberat biji kurma," jawabnya.
Rasulullah bersabda, "Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu."
Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki 'Sahabat Bertangan Emas'.
Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka'ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah
emas.
Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, "Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya."
Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, "Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?"
"Ya," jawabnya. "Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan."
"Berapa?" tanya Rasulullah.
"Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."
Pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Dalam kesempatan inilah Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang. Maka Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat berjamaah. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu shalat di belakangnya dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan utama daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad SAW.
Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian.
Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, "Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?"
"Abdurrahman bin Auf," jawab si petugas.
Aisyah berkata, "Rasulullah pernah bersabda, 'Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar."
Begitulah, doa Rasulullah bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju. Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya, namun itu tidak memengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa.
Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Ketika meninggal dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa'ad bin Abi Waqqash dan yang lain. Dalam kata sambutannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, "Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu." Amin.
Abu Bakar As-Siddiq ra. - Biografi
Nama Abu Bakar As-Siddiq radhiallahu'anhu tidaklah asing lagi bagi umat
Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling
agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wasallam. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan
harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan
masalah umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan
hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik
adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah
tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh
Rasulullah.
Nama sebenar Abu Bakar As-Siddiq adalah Abdullah Bin Qahafah. Sebelum
Islam, beliau adalah seorang saudagar yang sangat kaya serta datang dari
keluarga bangsawan yang sangat dihormati oleh masyarakat Quraisy.
Bahkan sebelum memeluk Islam, Abu Bakar telah terkenal sebagai seorang
pembesar Quraisy yang tinggi akhlaknya dan tidak pernah meminum arak
sebagaimana yang lazimnya dilakukan oleh pembesar-pembesar Quraisy yang
lain.
Dari segi umur, Abu Bakar radhiallahu'anhu adalah dua tahun lebih muda
dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan telah menjalin
persahabatan yang akrab dengan baginda Rasul lama sebelum Rasulullah
menjadi Rasul. Beliaulah tokoh sahabat besar yang dianggap paling banyak
sekali berkorban untuk menegakkan agama Islam di samping Nabi Muhammad
Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Kerana besarnya pengorbanan beliau itulah
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengatakan bahawa Islam
telah tegak di atas harta Siti Khadijah radhiallahu'anha dan pengorbanan
Abu Bakar radhiallahu'anhu Adapun gelaran As-Siddiq yang diberikan
kepadanya itu adalah kerana sikapnya yang selalu membenarkan apa pun
perkataan maupun perbuatan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam.
Dalam hal ini kita petik suatu kisah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu
Mas'ud radhiallahu'anhu yang dicenitakan sendiri kepadanya oleh Abu
Bakar, tentang bagaimana Abu Bakar memeluk agama Islam.
Kata Abu Bakar radhiallahu'anhu ketika menceritakan suatu kisah mengenai
dirinya kepada Ibnu Mas'ud, "Aku pernah mengunjungi seorang tua di
negeri Yaman. Dia rajin membaca kitab-kitab dan mengajar banyak murid.
Dia berkata kepadaku:
"Aku kira tuan datang dari Tanah Haram.
"Benar, “jawabku.
"Aku kira tuan berbangsa Quraisy?”
"Benar,” ujarku lagi.
"Dan apa yang aku lihat, tuan dari keluarga Bani Taiyim?”
"Benarlah begitu,” tambahku selanjutnya.
Orang tua itu terus menyambung, katanya, "Ada satu lagi hal yang hendak
aku tanyakan dari tuan, yaitu tentang diri tuan sendiri. Apakah tak
keberatan jika aku lihat perutmu?
Maka pada ketika itu aku pun berkata, "Aku keberatan hendak
memperlihatkan selagi tuan tidak nyatakan kepadaku perkara yang
sebenarnya.
Maka ujar orang tua itu, "Aku sebenarnya melihat dalam ilmuku yang benar
bahawa seorang Nabi Allah akan diutus di Tanah Haram. Nabi itu akan
dibantu oleh dua orang sahabatnya, yang seorang masih muda dan seorang
lagi sudah separoh umur. Sahabatnya yang muda itu berani berjuang dalam
segenap hati dan menjadi pelindungnya dalam kesusahan. Sementara yang
separoh umur itu putih kulitnya dan berbadan kurus, ada tahi lalat di
perutnya dan ada suatu tanda di paha kirinya. Apalah salahnya kalau tuan
perlihatkan kepadaku.
Maka sesudah dia berkata itu aku pun membuka pakaianku lalu orang tua
itu pun melihatlah tahi lalat hitam di atas bahagian pusatku seraya
berkata, "Demi Tuhan yang menguasai Kaabah, tuanlah orangnya itu!
Kemudian orang tua itu pun memberi sedikit nasihat kepadaku. Aku tinggal
di Yaman untuk beberapa waktu kenana mengurusi perniagaanku dan sebelum
meninggalkan negeri itu aku sekali lagi pergi menemui orang tua
tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Kemudian dia lalu
bertanya, "Bolehkah tuan menyampaikan beberapa rangkap syairku?
"Boleh sahaja, “jawabku.
Setelah itu aku pun membawa pulang syair-syair itu ke Mekah. Setibanya
aku di Mekah, para pemuda bergegas datang menemuiku seraya berkata,
"Adakah engkau tahu yang sudah terjadi? Maka ujarku pula, "Apakah yang
terjadi itu?
Jawab mereka, "Si yatim Abu Talib kini mengaku menjadi Nabi! Kalaulah
tidak mengingat engkau hai Abu Bakar, sudah lama kami selesaikan dia.
Engkaulah satu-satunya yang kami harapkan untuk menyelesaikannya.
Kemudian aku pun meminta mereka pulang dahulu sementara aku sendiri
pergi menemui Muhammad. Setelah menemuinya aku pun mengatakan, "Wahai
Muhammad, kau telah mencemarkan kedudukan keluargamu dan aku mendapat
kabar bahwa kau terang-terang telah menyeleweng dari kepercayaan nenek
moyang kita.
Maka ujar baginda, "Bahwa aku adalah Pesuruh Allah yang diutuskan untukmu dan untuk sekalian ummat!
Aku pun betanya kepada baginda, "Apa buktinya?
Jawabnya, "Orang tua yang engkau temui di Yaman tempo hari.
Aku menambah lagi, "Orang tua yang mana satukah yang kau maksudkan karena banyak orang tua yang aku temui di Yaman itu?
Baginda menyambung, "Orang tua yang mengirimkan untaian syair kepadamu!
Aku terkejut mendengarkannya lalu bertanya, "Siapakah yang telah memberitahumu, wahai sahabatku?
Maka ujar baginda, "Malaikat yang pernah menemui Nabi-nabi sebelumku.
Akhirnya aku berkata, "Ulurkanlah tanganmu, bahwa dengan sesungguhnya
aku bersaksi tiada Tuhan yang kusembah melainkan Allah, dan dirimu
(Muhammad) sebenarnya Pesuruh Allah.
Demikianlah kisah indah yang meriwayatkan bagaimana Islamnya Abu Bakar.
Dan memanglah menurut riwayat beliau merupakan lelaki yang pertama yang
beriman kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Keislaman Saiyidina Abu Bakan As-Siddiq R.A. telah membawa penganuh
besar di kalangan kaum bangsawan Quraisy kerana dari pengaruh
keislamannya itulah maka beberapa orang pemuda bangsawan Quraisy seperti
Saiyidina Uthman Bin Affan, Abdul Rahman Bin Auf, dan Saad Bin Waqqas
menuruti jejak langkahnya. Semenjak beliau memeluk Islam, Saiyidina Abu
Bakan R.A. telah menjadi pembela Islam yang paling utama serta seorang
sahabat yang paling akrab serta paling dicintai oleh Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam Sebagai memperlihatkan kecintaan baginda
terhadap Saiyidina Abu Bakar R.A., dapat kita ketahui dan satu dialog
yang terjadi antara baginda Rasul dengan Amru Bin Al As. Amru seorang
sahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah suatu hari
menanyakan Rasul, "Siapakah di antara manusia yang paling tuan sayangi?
Baginda menjawab, "Siti Aisyah, dan kalau laki-laki adalah bapanya.
Selain daripada itu Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq R.A. adalah seonang
sahabat yang terkenal kerana keteguhan imannya, cendas akal, tinggi
akhlak, lemah lembut dan penyantun. Rasulullah S.A.W. pernah menyanjungi
sahabatnya itu dengan sabdanya, "Jika ditimbang iman Abu Bakar
As-Siddiq dengan iman sekelian ummat maka berat lagi iman Abu Bakar.
Demikian teguhnya iman Saiyidina Abu Bakar R.A. demi apakala kita
memperhatikan pengertian yang terkandung pada sabda Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam mengenai dirinya itu. Gelaran AlSiddiq yang
dibenikan orang terhadap diri Saiyidina Abu Bakar R.A. adalah lantaran
memandang sikap serta pendiriannya yang teguh dalam membenarkan serta
membela diri Rasulullah S.A.W. Andainya sekelian ummat manusia akan
mendustakan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam Abu Bakar R.A. akan
pasti pula tampil dengan penuh keyakinan untuk membelanya.
Tidak beberapa lama setelah memeluk agama Islam, Saiyidina Abu Bakar
yang terkenal sebagai saudagar yang kaya itu telah meninggalkan
perdagangannya dan meninggalkan semua usaha peribadi lain-lainnya lalu
menyerahkan segenap kekayaan dan jiwa raganya untuk melakukan penjuangan
menegakkan Islam bersama Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi
Wasallamsehingga oleh kerana kegiatannya maka Agama Islam mendapat
kemegahan dengan Islamnya beberapa pemuda Quraisy yang lain seperti yang
telah disebutkan itu. Beliau telah mengorbankan seluruh hanta bendanya
untuk menebus orang-orang yang ditawan, orang-orang yang ditangkap atau
disiksa. Selain danpada itu beliau juga telah membeli hamba-hamba yang
kemudian dimerdekakannya. Salah seorang hamba yang dibelinya lalu
kemudian dibebaskan yang paling terkenal dalam sejarah ialah Bilal Bin
Rabah.
Tatkala Nabi Muhammad selesai melakukan Isra' dan Mikraj segolongan
orang yang kurang mempercayai apa yang telah dikhabarkan Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallamtelah pergi menemui Saiyidina Abu Bakan R.A.
untuk mendengarkan apa pendapatnya tentang dakwaan Muhammad S.A.W. itu.
Tujuan kedatangan mereka mendapatkan Abu Bakar R.A. tidak lain dengan
prasangka tentunya Abu Bakar R.A. kali ini akan mendustakan kisah yang
tidak masuk akal pada fikiran mereka itu. Setelah pertanyaan itu
disampaikan kepada Abu Bakar R.A. lalu beliau pun berkata, "Adakah
Muhammad berkata begitu? Sahut mereka, "Benar! Maka ujar Saiyidina Abu
Bakar R.A. "Jika Muhammad berkata begitu maka sungguh benarlah apa yang
diceritakan itu. Lalu mereka pun terus menyambung, "Engkau percaya hai
Abu Bakar bahawa Muhammad sampai ke tanah Syam lebih sebulan perjalanan
pulang, di malam semalam tadi? Maka sahut Abu Bakar sungguh-sungguh,
"Benar! Aku percaya! Malah lebih dari itu aku percaya kepadanya. Aku
percaya akan berita dari langit yg diberitakannya baik pada waktu siang
mahupun di waktu malam! Demikian hebatnya sambutan sahabat yang paling
utama itu. Kerana tegas dan teguhnya iman beliau terhadap agama yang
dibawa oleh Muhammad dan terhadap apa yang dikhabarkan oleh baginda maka
beliau telah diberi oleh Rasulullah S.A.W. dengan gelaran As-Siddiq,
entinya yang benar.
Dan memanglah tidak menghairankan sekali sikap Abu Bakar itu. Beliau
telah kenal akan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam bukan sehari dua,
melainkan sudah boleh dikatakan seumur manusia. Beliau tahu bahawa
sahabatnya itu berkata benar, tak pernah bohong; orang amin. Mustahil
baginda akan khianat kepada pengikutnya yang pencaya kepadanya. Beliau
mengimani sahabatnya itu Pesuruh Allah Yang Maha Kuasa, menerima wahyu
danipada Tuhannya. Beliau sudah bertahun-tahun mengikutkan petunjuk yang
diwahyukan oleh Allah kepada sahabatnya itu maka telah teguhlah iman
dalam hatinya.
Tatkala keadaan kekejaman orang-orang musynikin Quraisy terhadap kaum
Muslimin yang sedikit jumlahnya di Mekah semakin hebat dan membahayakan,
Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah mengadakan
permusyuaratan di rumah Saiyidina Abu Bakar R.A. untuk mencari jalan
keluar daripada kesulitan yang sedang dihadapi oleh pihak kaum Muslimin.
Ketika itulah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan kepada
Saiyidina Abu Bakar R.A. bahawa Allah S.W.T. telah memerintahkan
baginda supaya melakukan hijrah ke Madinah serta meminta Saiyidina Abu
Bakar R.A. supaya menemaninya dalam peristiwa hijrah tersebut. Dengan
perasaan gembira tanpa sedikit kebimbanganpun Saiyidina Abu Bakar R.A.
menyambut permintaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Dari pintu belakang rumah Saiyidina Abu Bakar R.A. Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wasallam bersama-sama Saiyidina Abu Bakar menuju ke Gunung
Tsaur dan bersembunyi di gua yang diberi nama Gua Tsaur. Pada saat
suasana amat kritis, Saiyidina Abu Bakar R.A. diserang rasa kegelisahan
dan cemas kerana khuatir kalau-kalau musuh dapat mengetahui di mana
Rasulullah sedang bensembunyi, maka pada saat itu turun ayat suci Al
Quran dari Surah Taubah yang isinya memuji Saiyidina Abu Bakar
As-Siddiq, sebagai orang kedua sesudah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam
dalam Gua Tsaur. Dalam pada itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
pun mengerti akan situasi dan kegelisahan sahabatnya itu yang oleh
kerananya Rasul berkata, "Apakah yang menggelisahkanmu, bukankah Allah
menemani kita?
Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, diriwayatkan berkata
selanjutnya untuk menghilangkan kebimbangan Saiyidina Abu Bakar,
"Kiranya mereka masuk juga ke dalam gua ini kita masih dapat melepaskan
diri dari pintu belakang itu, ujar Rasul sambil menunjukkan ke belakang
mereka. Saiyidina Abu Bakar R.A. pun menoleh ke belakang. Betapa
terkejutnya beliau bila dilihatnya pintu belakang yang ditunjuk oleh
Rasul itu, padahal pintu tersebut tadinya tidak ada sama sekali.
Sebenarnya kebimbangan Abu Bakar R.A. tatkala di dalam gua itu bukanlah
kerana takutkan nyawanya akan diragut oleh pihak musuh tetapi yang lebih
dibimbangkannya ialah keselamatan jiwa baginda Rasul. Beliau pernah
berkata, "Yang saya bimbangkan bukanlah mengenai diri saya sendiri,
kalau saya terbunuh, yang tewas hanyalah seorang manusia biasa. Tapi
andaikata tuan sendiri dapat dibunuhnya maka yang akan hancur ialah satu
cita-cita yang suci murni. Yang akan runtuh ialah keadilan dan yang
akan tegak pula ialah kezaliman.
Ucapan antara dua orang sahabat tatkala dalam gua itu ada tersebut dalam
Al Quran dalam Surah At-Taubah ayat 40: "Kalau kamu tidak menolongnya
(Muhammad) ketika dia diusir oleh orang-orang kafir (dan kampung
halamannya), dalam keadaan berdua orang sahaja di dalam suatu gua, Di
kala itu dia (Muhammad) berkata kepada sahabat karibnya (Abu Bakar):
Jangan engkau berdukacita; sesungguhnya Tuhan bersama kita. Tuhan
menurunkan ketenanganNya kepadanya, dan dikuatkannya dengan tentera yang
tidak kamu lihat. Dan Tuhan menjadikan perkataan orang yang kafir itu
paling rendah dan perkataan Tuhan itu yang amat tinggi. Dan Tuhan Maha
Kuasa dan Bijaksana.
Demikian satu lagi keistimewaan Saiyidina Abu Bakar AL Siddiq sebagai
seorang sahabat yang sama-sama mengalami kesukaran dan kepahitan
bersama-sama Rasulullah dalam menyampaikan seruan Islam. Saiyidina Abu
Bakar R.A. tidak bercerai jauh dengan baginda Rasul sepanjang hidupnya
dan menyertai semua peperangan yang dihadapi oleh baginda. Beliau bukan
sahaja berjuang menegakkan Agama Islam dengan segenap jiwa raganya
bahkan juga dengan harta kekayaannya. Sungguh beliaulah yang paling
banyak sekali berkorban harta untuk menegakkan Agama Islam. Bahkan
seluruh kekayaannya telah habis dipergunakannya untuk kepentingan
penjuangan menegakkan kalimah Allah. Di kalangan para sahabat beliaulah
tergolong orang yang paling murah hati dan dermawan sekali.
Dalam Perang Tabuk misalnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
telah meminta kepada sekelian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya
pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Saiyidina Abu Bakar R.A. membawa
seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda
Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar
R.A., bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah S.A.W. menjadi terkejut lalu
berkata kepadanya:
"Hal sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau
korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan
isterimu?
Pertanyaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam itu dijawab oleh
Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya.
"Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.
Demikianlah kehebatan jiwa Saiyidina Abu Bakar AlSiddiq, suatu contoh
kemurahan hati yang memang tidak dijumpai bandingannya di dunia.
Memandangkan besarnya pengorbanan beliau terhadap Islam maka wajarlah
kalau Rasulullah bersabda bahawa tegaknya Agama Islam itu adalah
lantaran hanta benda Siti Khadijah dan juga Saiyidina Abu Bakar
As-Siddiq. Tepatlah juga tatkala baginda bersabda bahawa kiranya iman
seluruh ummat ditimbang bersama iman Saiyidina Abu Bakar R.A. maka berat
lagi iman Saiyidina Abu Bakar R.A. Beliau memang manusia luar biasa
kebesarannya yang telah ditakdirkan oleh Allah S.W.T. untuk menjadi
teman akrab Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Pada suatu ketika di saat Rasulullah membaca khutbah yang antara lain
menyatakan bahawa kepada seseorang hamba Allah ditawarkan untuk memilih
dunia dan memilih ganjaran yang tersedia di sisi Allah, dan hamba Allah
tersebut tidak akan memilih dunia, melainkan memilih apa yang tersedia
di sisi Tuhan... Maka ketika meñdengar khutbah Nabi demikian itu
Saiyidina Abu Bakar R.A. lalu menangis tersedu-sedu, kenana sedih dan
terharu sebab beliau mendengar dan mengerti bahawa yang dimaksud dalam
isi khutbah tersebut ialah bahawa umur kehidupan Rasul di dunia ini
sudah hampir berakhir. Demikian kelebihan Saiyidina Abu Bakar R.A. di-
banding dengan para sahabat yang lain kerana beliaulah yang mengetahui
bahawa umur Rasul hampir dekat.
Keunggulan beliau dapat dilihat dengan jelas selepas wafatnya Rasulullah
S.A.W. di kala mana ummat Islam hampir-hampir menjadi panik serta tidak
percaya kepada kewafatannya. Bahkan sahabat besar Saiyidina Umar Al
Khattab sendiri telah diselubungi kekacauan fikiran dan tampil ke muka
umum sambil mencabar dan mengugut sesiapa sahaja yang berani mengatakan
baginda telah wafat. Ujar Umar r.a., "Rasulullah tidak wafat, dia hanya
pergi menghadap Allah sahaja seperti perginya Nabi Musa yang telah
menghilangkan diri dan kaumnya selama empat puluh hari, kemudian pulang
semula kepada kaumnya setelah diheboh-hebohkan wafatnya.
Ketika kegawatan itu berlaku Saiyidina Abu Bakar sedang berada di suatu
kampung Al-Sunnah. Tatkala berita kewafatan Rasulullah itu sampai
kepadanya, beliau dengan segera menuju ke Madinah. Di sana beliau dapati
ramai orang sedang benkumpul mendengarkan pidato Saiyidina Umar Al
Khattab tadi. Tanpa lengah-lengah lagi Saiyidina Abu Bakar terus ke
rumah puterinya Siti Aisyah dan di sanalah beliau dapati tubuh
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam terbujur di satu sudut rumah.
Beliau lantas membuka wajah Rasulullah dan mengucupkannya, sambil
benkata, "Wahai, betapa cantiknya engkau ketika hidup dan betapa
cantiknya engkau ketika mati! Kemudian beliau pun keluar mendapatkan
orang ramai yang sedang dalam panik itu lalu berkata dengan nada yang
keras:
"Wahai kaum Muslimin! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka
Muhammad telah mati. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah maka Allah
selama-lamanya hidup tidak mati. Seraya menyambung membacakan sepotong
ayat dari Al Qur'an:
"Muhammad itu tidak lebih dari seorang rasul seperti rasul-rasul yang
terdahulu darinya. Jika ia mati atau terbunuh patutkah kamu berundur ke
belakang. Sesiapa yang surut ke belakang, dia tidak akan membahayai
Allah sedikit pun dan sesungguhnya Allah akan memberi ganjaran kepada
orang-orang yang bersyukur.
Sejurus sahaja mendengar ayat itu, Saiyidina Umar Al Khattab pun terus
rebah hingga barulah beliau dan orang ramai Islam yang telah mendengar
pidatonya tadi mendapat kepastian bahawa Rasulullah sudah wafat. Kaum
Muslimin tentunya telah pernah dengar ayat ini sebelumnya, kerana ayat
itu telah turun semasa peperangan Uhud, ketika Rasulullah S.A.W. telah
diberitakan mati terkorban dan menyebabkan banyak pejuang-pejuang Islam
berundur ke Madinah. Tetapi mereka tidaklah memahami maksud ayat ini
seperti yang difahami oleh Saiyidina Abu Bakar R.A. Ini jelas
membuktikan kecerdasan Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq dalam memahami
Islam.
Ketika Rasulullah S.A.W. wafat, baginda memang tidak meninggalkan pesan
tentang siapa yang patut menggantikan baginda sebagai Khalifah ummat
Islam. Tetapi setelah lama berbincang kaum Muslimin dengan suara ramai
memilih Saiydina Abu Bakar As-Siddiq sebagai Khalifah setelah namanya
itu dicalunkan oleh Saiyidina Umar Ibnul Khattab R.A. Pemilihan ini
tentulah tepat sekali kerana pada pandangan kaum Muslimin memang
beliaulah yang paling layak sekali memegang kedudukan itu memandangkan
kelebihan-kelebihannya dari para sahabat yang lain. Apatah lagi
beliaulah yang pernah ditunjuk oleh baginda Rasul semasa hayatnya untuk
menggantikan baginda sebagai imam sembahyang tatkala baginda sedang
uzur.
Setelah dipilih oleh sebahagian besar ummat ketika itu Saiyidina Abu
Bakar As-Siddiq pun memberikan ucapannya yang terkenal yang antara
lainnya baginda berkata:
"Wahai
sekelian ummat! Aku telah dipilih menjadi pemimpin kamu padahal aku ini
bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Sebab itu jika
pemerintahanku baik, maka sokonglah, tetapi jika tiada baik, maka
perbaikilah. Orang yang lemah di antara kamu adalah kuat pada sisiku
hingga aku harus menolongnya mendapatkan haknya, sedang orang yang kuat
di antara kamu adalah lemah pada sisiku, hingga aku harus mengambil hak
orang lain yang berada di sisi nya, untuk dikembalikan kepada yang
berhak semula. Patuhilah kepadaku selama aku patuh kepada Allah dan
RasulNya. Akan tetapi jika aku mendurhakai Allah, maka kamu sekelian tak
harus lagi patuh kepadaku.
Aku dipilih untuk memimpin urusan ini padahal aku enggan menerimanya.
Demi Allah aku ingin benar kalau ada di antaramu orang yang cekap untuk
urusan ini. Ketahuilah jika kamu meminta kepadaku agar aku berbuat
sebagai yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
sungguh aku tidak dapat memperkenankannya, Rasulullah adalah seorang
hamba Allah yang dapat kurnia wahyu dari Tuhan, kerana itu baginda
terpelihara dari kesalahan-kesalahan, sedang aku ini hanyalah manusia
biasa yang tidak ada kelebihannya dari seorangpun juga di antara kamu.
Ini adalah satu pembaharuan dalam pemerintahan yang belum pernah
dikenali oleh rakyat jelata kerajaan Rome dan Parsi yang memerintah
dunia barat dan timur ketika itu. Baginda telah mematuhi manifesto
politiknya. Baginda hidup seperti rakyat biasa dan sangat tidak suka
didewa-dewakan. Adalah diriwayatkan bahawa pada satu masa ada orang
memanggilnya, "Ya Khalifah Allah! Baginda dengan segera memintas cakap
orang itu dengan katanya:
"Saya bukan Khalifah Allah, saya hanya Khalifah RasulNya!
Adalah diriwayatkan bahawa pada keesokan harinya iaitu sehari setelah
baginda terpilih sebagai Khalifah, Saiyidina Abu Bakar R.A. kelihatan
membawa barang perniagaannya ke pasar. Beberapa orang yang melihat itu
lalu mendekati baginda, di antaranya Abu Ubaidah Bin Janrah. Sahabat
besar itu mendekati baginda seraya berkata, "Urusan Khalifah itu tidak
boleh dicampuri dengan berniaga! Lalu Abu Bakar R.A. bertanya, "Jadi
dengan apakah aku hidup, dan bagaimana aku membelanjai rumah tanggaku?
Demikian sedihnya nasib yang menimpa Saiyidina Abu Bakar R.A. sebab
walaupun kedudukannya sebagai Kepala Negara namun belum ada lagi
ketetapan untuk bagi seseorang kepala pemenintah Islam memperolehi gaji
dari harta kerajaan.
Keadaan ini mendapat perhatian dari para sahabat lalu mereka menentukan
tunjangan secukupnya buat baginda dan buat keluarga baginda yang diambil
dari Baitul Mal. Kemudian itu baharulah Khalifah Abu Bakar meninggalkan
usaha perniagaannya kerana hendak memusatkan seluruh tenaganya untuk
mengembangkan agama Islam dan menjalankan tanggungjawabnya sebagai
seorang Khalifah. Semasa hertugas sebagai Khalifah ummat Islam baginda
hanya menerima peruntukan sebanyak enam ribu dirham sahaja setahun iaitu
kira-kira lebih kurang 1,200 dolar sahaja setahun. Peruntukan itu tidak
dibelanjakannya untuk keperluan dirinya malahan sebelum wafatnya
baginda telah memerntahkan supaya pendapatannya itu diserahkan kembali
kepada Baitul Mal.
Kebijaksanaan Abu Bakar R.A. juga ternyata dalam polisinya menyamakan
pemberian elaun kepada orang-orang yang berhak agar mereka tidak
dipisahkan oleh jurang-jurang perbezaan yang jauh agar tidak lahir satu
golongan yang mendapat kedudukan yang lebih istimewa dan
golongan-golongan yang lain. Sedangkan baginda sendiri hanya mengambil
sekadar keperluan-keperluan asasi buat diri dan keluarganya.
Sebelum baginda wafat, kepada Saiyidina Umar Al Khattab baginda telah
mewasiatkan agar jangan menghiraukan jenazahnya nanti bila baginda
pulang ke rahmatullah, melainkan haruslah dia segera mengirim bala
tentera ke Iraq untuk membantu Al Muthanna yang sedang bertempur di Iraq
itu. Saiyidina Abu Bakar R.A. tidak lupa mengingatkan Saiyidina Umar
R.A. apa yang dikerjakannya di waktu Rasulullah wafat dan bagaimana
cintanya kepada Rasul dan perhatiannya kepada jenazah baginda yang suci
itu tidak mengabaikannya dan melaksanakan kewajipan biarpun yang
demikian itu amat berat bagi jiwanya. Dengarlah antara lain kata-katanya
kepada Umar Ibnul Khattab R.A.:
"Dengarlah hai Umar! Apa yang akan kukatakan ini dan laksanakanlah. Aku
mengharap akan kembali ke hadrat Allah hari ini sebab itu sebelum
matahari terbit pada esok hari engkau hendaknya telah mengirim bala
hantuan kepada Al Muthanna. Janganlah hendaknya sesuatu bencana
bagaimana pun besarnya dapat melupakan kamu dan urusan agama dan wasiat
Tuhan. Engkau telah melihat apa yang telah ku lakukan tatkala Rasulullah
wafat sedang wafatnya Rasulullah itu adalah satu bencana yang belum
pernah manusia ditimpa bencana yang sebesar itu. Demi Allah, andaikata
di waktu itu aku melalaikan perintah Allah dan RasulNya, tentu kita
telah jatuh dan mendapat siksaan Allah, dan pasti pula kota Madinah ini
telah jadi lautan api.
Dalam masa pemerintahannya yang singkat Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq
yang memerintah hanya dalam masa dua tahun sahaja itu telah meletakkan
asas pembangunan sebuah pemenintahan Islam yang teguh dan kuat setelah
berjaya mengatasi berbagai macam masalah dalam negeri dengan segala
kebijaksanaan dan kewibawaannya. Baginda telah memenuhi segenap
janji-janjinya dan dalam masa dua tahun pemerintahannya itu telah
terbentuk rantai sejarah Islam yang merupakan lembaran-lembaran yang
abadi.
Sungguh kehidupan Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq adalah penuh dengan
nasihat, penuh dengan ajaran serta kenang-kenangan yang indah mulia.
Selama dua tahun pemerintahannya itu baginda telah berjaya menyusun
tiang-tiang pokok dan kekuatan Islam. Baginda telah membangunkan
kekuatan-kekuatan yang penting bagi memelihara kepercayaan kaum Muslimin
dan bagi memelihara keagungan Agama Islam. Bahkan baginda telah
mengakhiri riwayat pemerintahan yang dipimpinnya dengan menundukkan
sebahagian daripada negeri Syam dan sebahagian daripada negeri Iraq,
lalu pulang ke rahmatullah dengan dada yang lapang, ketika umur baginda
menginjak 63 tahun. Baginda dikebumikan di samping makam Rasulullah
S.A.W. di Masjid Madinah. Semoga riwayat serta penjuangan baginda
menjadi contoh ibadat yang murni bagi sekelian kaum Muslimin
Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Usaman bin Affan,Ali Bin Abi Tholib,Thalha Bin Ubaidil,Zubair Bin Awwam,Saad Bin Abi Waqqash,dan Abdurrahman Bin Auf,ah,. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Kelahiran dan Nasab
Utsman
bin Affan wafat pada 18 Dzulhijah tahun 35 H. dalam usia 82 tahun
setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di
kuburan Baqi di Madinah.
Umar Bin Khattab,ra-Biografi
"Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab."
Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal
penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah
memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam,
sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab
dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama
Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap
dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang
lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau
dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku
Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As-Siddiq.
Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib.
Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara
beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti
Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
Setelah memeluk
Islam, Rasulullah SAW telah mengelarnya sebagai Al-Faruq kerana dapat
membedakan di antara perkara yang benar dan bathil. Ketika ditanya
oleh para sahabat bagaimana dia mendapat gelaran tersebut, Saidina
Umar menjawab : "Pada suatu hari, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW :
"Ya Rasulullah SAW, adakah kita dalam kebenaran ?"
Jawab Rasulullah SAW : "Benar"
Aku berkata lagi : "Kenapakah kita beribadah secara sembunyi ?"
Kemudian
kami masuk ke Masjidil Haram membuat dua syaf, satu saya dan satu
lagi Hamzah (berjemaah). Maka semua orang KAFIR Quraisy melihat ke
arah kami berdua dengan perasaan yang sangat marah yang tidak pernah
mereka terjadi sebelum ini, lalu Rasulullah SAW menggelarkan aku
Al-Faruq !
Dengan islamnya Umar, maka umat
Islam yang sebelum itu sentiasa ketakutan menjadi kuat. Mereka telah
berani solat secara terang-terangan di Baitullah khususnya
setelah peristiwa di atas. Di samping itu juga, orang Quraisy juga
tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah kerana takut
kepada Umar.
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Usaman bin Affan,Ali Bin Abi Tholib,Thalha Bin Ubaidil,Zubair Bin Awwam,Saad Bin Abi Waqqash,dan Abdurrahman Bin Auf,ah,. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Usaman Bin Affan,ra-Biografi
Utsman bin Affan
adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling pemalu. Ia
termasuk salah satu Khalifah (Khulafaur Rosyidin) ke tiga yang
memerintah setelah kematian sahabat Umar bin Khattab. Utsman bin Affan
memerintah dari tahun 644 M (umur 69–70 tahun) hingga 656 M (selama
11–12 tahun). Selain pemalu, Utsman bin Affan merupakan ekonom yang
sangat handal dan saudagar yang kaya raya tetapi sangatlah dermawan.
Rasulullah
Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling
jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam
Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk
tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar
masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan
tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang
yang malaikat saja malu kepadanya?”
Kelahiran dan Nasab
Utsman
bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Quarisyi,
berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada akhir tahun 574 Masehi. Nama ibu
beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid
bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi
Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu
orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.
Nasab
Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan ra. bin Abil ‘Ash bin Umayyah
bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin
Ka’ab bin Luwa’i bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu
bin Adnan.659 Abu Amr, Abu Abdullah660 al-Quraisy, al-Umawi Amirul
mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua
orang putri Rasulullah saw. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin
Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim
Bidha’ binti Abdul Muththalib paman Rasulullah saw..
Ciri-ciri dan Akhlak Utsman bin Affan
Utsman
bin Affan salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk
surga dan salah seorang anggota dari enam orang anggota Syura serta
salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih
menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar
juga merupakan khulafaur Rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang
diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka.
Utsman
bin Affan menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu
Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9
anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar,
Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Utsman
bin Affan adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang
lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar,
berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo
matang. Dikatakan pada wajah beliau terdapat bekas cacar.
Dari
az-Zuhry berkata, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulutbagus, berbahu
bidang, berdahi lebar dan mempunyai kedua telapak kaki lebar. Beliau
memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat,
mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan
perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorong
mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada sesuatu yang
fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah saw. Terkadang
beliau memberikan harta kepada suatu kaum dan tidak memberi kaum yang
lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah SWT. ke dalam
neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut
sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap
Rasulullah saw. atas pembagian harta rampasan perang Hunain.
Utsman
adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah
seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan
guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan
ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari
pada orang arab lainya. Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan
terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk
berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau
sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan
lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau
hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau
tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi
panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum
Muhajirin lainya.
Islam dan Jihad Utsman bin Affan
Utsman
bin Affan ra. masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ra. ash-Shiddiq.
Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama
istrinya Ruqayah binti Rasulullah saw. Kemudian kembali ke Makkah dan
hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada perang Badar
karena sibuk mengurusi putri Rasulullah saw. (istri beliau) yang sedang
sakit. jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rasulullah SAW memberikan
bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau
dan beliau dianggap ikut serta dalam peperangan. Ketika istri beliau
meninggal, Rasulullah SAW menikahkannya dengan adik istrinya yang
bernama Ummu Kaltsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih
menjadi istri beliau.
Utsman
bin Affan ikut serta dalam peperangan Uhud, Khandaq, Perjanjian
Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman
dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan ra. juga ikut serta
dalam peperangan Khaibar, Tabuk, dan beliau juga pernah memberikan
untuk pasukan ‘Usrah sebanyak tiga ratus ekor unta dengan segala
perlengkapannya.Dari Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari
Utsman bin Affan datang membawa seribu dinar dan meletakkannya di kamar
Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidak ada dosa bagi Utsman
setelah ia melakukan ini (diucapkan dua kali).”
Rasulullah
saw. pergi menunaikan haji Wada’ bersama Utsman bin Affan. Rasulullah
SAW wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan ra.. Kemudian
beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam
keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan
baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan,
serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang
anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di
antara anggota lainnya.
Utsman
bin Affan ra. menjadi khalifah setelah Umar ra.. banyak menaklukkan
berbagai negara melalui tangan beliau. Semakin lebarlah wilayah negara
Islam dan bertambah luaslah negara Muhammadiyah ini serta sampailah
misi Rasulullah saw. Ke sebelah timur dan barat bumi ini. Nampaklah
kebenaran Firman Allah SWT. ,“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
shAli ra.h bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang yangfasik.” (An-Nur: 55). Firman Allah SWT. ,
“Dia-lah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun
orang-orang musyrik bend.“ (Ash-Shaf: 9).
Rasulullah
saw. bersabda: “jika Kaisar mati maka tidak lagi kaisar setelahnya dan
jika Kisra meninggal maka tiada lagi Kisra setelahnya, demi Allah yang
jiwaku berada di tangan-Nya harta-harta karun mereka akan di gunakan
untuk perang di jalan Allah.” Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman
Utsman bin Affan ra..
Berita Gembira TTG Beliau Penduduk Surga.
Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa saja yang menggali Sumur Rumata maka untuknya surga.” Maka sumur tersebut digali oleh Utsman.
Beliau bersabda lagi:
“Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah maka untuknya surga.” Maka Utsman bin Affan ra. mendanai pasukan tersebut.
Dari
Abu Musa al-Asy’ary bahwa Rasulullah saw. masuk ke dalam sebuah kebun
dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang
seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau bersabda: “Izinkan ia
masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata’
lelaki tersebut adalah Abu Bakar ra.. Lantas datang lelaki lain meminta
izin agar diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan ia masuk kemudian
beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki tersebut
adalah Umar ra. bin Khaththab. Kemudian datang seorang lelaki meminta
izin untuk masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia
masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan
cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin
Affan ra.. Hammad berkata, “Telah mengatakan kepada kami ‘Ashim
al-Ahwal dan Ali ra. Bin al-Hakam, mereka berdua telah mendengar bahwa
Abu Utsman al-Hindy menceritakan dari Abu Musa seperti hadits tersebut
dan Ashim manambahkan bahwa Nabi sedang duduk di suatu tempat yang
disana terdapat air sambil menyingkapkan kedua betis beliau atau
lututnya di saat Utsman bin Affan ra. masuk beliau menutup lututnya.
Utsman Memenuhi Panggilan Allah SWT. dan RasulNya dan Berhijrah Dua Kali.
Dari
Ibnu Syihab ia berkata,’”Urwah telah mengabarkan kepadaku bahwa
Ubaidillah bin ‘Ady bin al-Khiyar telah mengabarkan kepadaku bahwa
Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al-Aswad bin Abdul Yaghuts
telah berkata, ‘Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada Utsman
tentang saudaranya Al-Walid, karena orang-orang sedang sibuk
membicarakan tentang permasalahan tersebut. Aku berniat menemui Utsman
hingga ia keluar untuk mengerjakan shalat. Kukatakan kepadanya, ‘Ada
yang perlu aku bicarakan denganmu yang isinya merupakan nasihat
untukmu. Beliau berkata, ‘Hai lelaki menjauhlah!’ -Ma’mar berkata, ‘Aku
mengira beliau berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah SWT. dari
kejahatanmu.’- Kemudian aku pun kembali menemui keduanya.
Kemudian
datanglah utusan dari Utsman dan aku mendekatinya. Ia berkata, ‘Apa
isi nasihatmu?’ Aku katakan, ‘Se-sungguhnya Allah telah mengurus
Muhammad dengan membawa kebenaran serta menurunkan kitab kepada beliau
sedang kamu adalah salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan
RasulNya, engkau juga telah melakukan hijrah dua kali, telah menemani
Rasulullah saw. dan telah melihat langsung sunnah beliau. Lihatlah
masyarakat sedang sibuk membicarakan tentang kasus Al-Walid.’ Ia
bertanya, ‘Apakah engkau sempat menemui Rasulullah saw.?’ Aku jawab,
Tidak, tetapi ilmu beliau yang murni telah sampai kepadaku sebagaimana
sucinya seorang perawan dibalik hijabnya.’
Ia
berkata, ‘Amma Ba’du, Sesungguhnya Allah SWT. telah mengurus Muhammad
Saw dengan membawa kebenaran dan aku termasuk salah seorang yang
memenuhi panggilan Allah SWT. dan RasulNya, aku beriman dan apa yang
dibawa beliau, aku juga melakukan hijrah dua kali -sebagaimana yang
telah engkau katakan- dan aku juga telah menemani dan membai’at
Rasulullah saw. lDemi Allah SWT. aku tidak pernah mendurhakai dan
mengkhianari beliau hingga Allah SWT. mewafatkan beliau, demikian juga
Abu Bakar ra. dan Umar ra. kemudian aku diangkat menjadi khalifah,
bukankah aku memiliki haq seperti haq mereka?’ Aku jawab, ‘Benar.’ Ia
berkata lagi, ‘Ada apa dengan berita-berita yang sampai kepadaku?
Adapun tentang permasalahan Al-Walid akan kita selesaikan dengan benar
insya Allah.’ Kemudian beliau memanggil Ali ra. bin Abi Thalib dan
memerintahkannya agar mendera Al-Walid sebanyak delapan puluh kali”
Kabar Gembira Bahwa Beliau Mati Syahid
Diriwayatkan
dari Qatadah bahwa Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw. memanjat
gunung Uhud bersama Abu Bakar ra., Umar ra. dan Utsman lantas gunung
tersebut
bergetar. Beliau bersabda: “Tenanglah wahai Uhud! -aku perkirakan
beliau menghentakkan kakiny tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan
hanya seorang Nabi, Ash-Shiddiq dan dua orang syahid.“
Tingkat Keistimewaan Utsman bin Affan
Diriwayatkan
dari Ibnu Umar ra. berkata, “Pada zaman Rasulullah saw. Kami tidak
menyamakan Abu Bakar ra. dengan sahabat yang lain kemudian Umar ra. Dan
kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu
sahabat dengan sahabat yang lain.”
Persaksian Ibnu Umar ra. TTG Keistimewaan Utsman dan Pembelaannya Terhadap Beliau
Diriwayatkan
dari Utsman bin Mauhab ia berkata, “Seorang lelaki datang dari Mesir
untuk melaksanakan haji, lantas ia melihat suatu kaum sedang
duduk-duduk, ia bertanya, ‘Siapa mereka?’ Mereka mengatakan, ‘Mereka
adalah kaum Quraisy.’ Ia bertanya lagi, ‘Siapa yang paling Alin ra. di
antara mereka?’ Mereka jawab, ‘Abdullah bin Umar ra..’ Kemudian ia
berkata kepadanya, ‘Wahai Ibnu Umar ra., aku ingin bertanya sesuatu
kepada anda maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari
meninggalkan pasukan pada perang Uhud?’ Ibnu Umar ra. menjawab,
‘Benar.’ Ia kembali bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut
dalam perang Badar?’ Ibnu Umar ra. menjawab, ‘Benar.’ Ia kembali
bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Bai’at Ridhwan?’
Ibnu Umar ra. menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu berkata, ‘Allahu Akbar.
Ibnu Umar ra. berkata, ‘Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang
permasalahan tersebut.
Adapun
mengenai larinya beliau dari perang Uhud sesungguhnya ia telah
mendapat ampunan dari Allah SWT., ia tidak dapat ikut serta dalam
perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau yakni
putri Rasulullah saw. yang sedang sakit dan Rasulullah saw. bersabda
kepadanya, ‘Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seorang yang ikut
serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian pada harta
rampasannya.‘
Adapun
ketidak ikutsertaan beliau pada Bai’at Ridhwan, kalaulah sekiranya ada
seorang yang lebih terhormat di Kota Makkah selain Utsman tentunya
Rasulullah saw akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun
Rasulullah saw. tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Bai’at Ridhwan
terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, Rasulullah saw.
mengisya-ratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda, ‘Ini adalah
tangan Utsman.’ Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda,
‘Ini adalah bai’at Utsman.’ Ibnu Umar ra. berkata kepada lelaki itu,
‘Nah bawalah berita ini karena sekarang engkau sudah tahu’.”
Rasa Malu yang Dimiliki Utsman bin Affan
Imam
Ahmad berkata, “Hajjaj telah mengatakan kepada kami dan berkata, Laits
telah mengatakan kepada kami dan berkata, Uqail telah mangabarkan
kepadaku dari Ibnu Syihab dari Yahya bin Sa’id bin al-’Ash bahwa Sa’id
bin al-’Ash telah menceritakan kepadaku bahwa ‘Aisyah ra. Istri Nabi
dan Utsman telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Bakar ra. me minta
izin kepada Rasulullah saw. dan beliau sedang berbaring di tempat
tidurnya sambil berselimut dengan selimut ‘Aisyah ra.. Rasulullah saw.
Memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Abu Bakar
ra. menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Kemudian Umar ra. datang
meminta izin kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. memberinya izin dan
beliau masih dalam posisi semula.
Setelah
Umar ra. menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Lalu Utsman berkata,
‘Lantas aku pun minta izin lalu Rasulullah saw. duduk dan bersabda
kepada ‘Aisyah ra.1, ‘Ambillah selimutmu!’ Setelah aku menyelesaikan
hajatku, akupun pergi. ‘Aisyah ra. berkata, ‘Ya Rasulullah saw.! Aku
melihat engkau menyambut Abu Bakar ra. dan Umar ra. tidak seperti
sambutanmu terhadap Utsman?’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya
Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam
posisi seperti itu, ia tidak jadi mengungkapkan keperluannya.’
Laits
berkata, ‘Sekelompok orang berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah saw.
Bersabda kepada ‘Aisyah ra., Tidakkah aku merasa malu sebagaimana
malunya malaikat terhadap dirinya?’. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
hadits Muhammad bin Abi Har-malah dari ‘Atha’ dan Sulaiman (keduanya
adalah anak Yasar) dan Abi Sala-mah bin Abdur Rahman dari ‘Aisyah ra..
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushily dari Suhail dan
Ayahnya dari ‘Aisyah ra.. Dan diriwayatkan Jubair bin Nufair dan
‘Aisyah ra. binti Thalhah dari ‘Aisyah ra..”
Imam
Ahmad berkata, “Waqi’ telah mengatakan kepada kami dari Sufyan dari
Khalid al-Hadzdza’ dari Abi Qilabah dari Anas, ia berkata bahwa
Rasulullah saw. bersabda, ” Orang yang paling penyayang di antara
umatku adalah Abu Bakar ra., yang paling tegas terhadap agama Allah
adalah Umar ra., yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling
mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling
hafal tentang al-Qur’an adalah Ubay dan yang paling mengetahui tantang
ilmu trans adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mem-punyai seorang yang
terpercaya dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu ‘
Ubaidah bin al-Jarrah. “
Hadits
ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dari hadits
Khalid al- Hadzdza’. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”
Kedudukan Utsman bin Affan di Tengah Umat
Imam
Ahmad berkata, “Abu Dawud -Umar ra. bin Sa’ad- telah mengatakan kepada
kami, ‘Badar bin Utsman telah mengatakan kepada kami dari Ubaidah bin
Marwan dari Abi ‘Aisyah ra. dari Umar ra. ia berkata, ‘Rasulullah saw.
keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda, ‘Aku
melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi al-maqalid dan timbangan.
Adapun almaqalid adalah kunci-kunci dan timbangan adalah alat yang
biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun
timbangan yang satu dan umatku diletakkan - pada daun timbangan yang
lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar ra.
dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar ra. lebih berat dari
mereka. Lantas didatangkan Umar ra. dan ditimbang dengan mereka,
ternyata Umar ra. lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan
ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka.
Kemudian mimpi tersebut terputus.’ Hadits hanya diriwayatkan oleh Imam
Ahmad’.”
Sufyan
bin Ya’qub berkata, “Hisyam bin ‘Ammar telah mengatakan kepada kami
dan berkata,’ Amr bin Waqqid telah mengatakan kepada kami dan berkata,
‘Yunus bin Maisarah telah mengatakan kepada kami dari Abi Idris dari
Mu’adz bin Jabal berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda, ” Sesungguhnya aku
melihat bahwa aku diletakkan di sebuah daun timbangan dan umatku
diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata aku lebih berat dari
mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar ra. di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dm lebih berat
dari mereka. Lantas diletakkan Umar ra. Di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih
berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih
berat dari mereka. “
Wasiat Nabi Kepada Utsman bin Affan Agar Tetap Sabar dan Tidak Memenuhi Tuntutan Agar la Turun dari Jabatan
Imam
Ahmad berkata, “Abul Mughirah telah mengatakan kepada kami dan
berkata, al-Walid bin Sulaiman telah mengatakan kepada kami dan
berkata, Rabi’ah bin Yazid telah mengatakan kepadaku dari Abdullah bin
‘Amir dari an-Nu’man bin Basyir dari Aisyah ia berkata, ‘Rasulullah
saw. mengutus kepada Utsman bin Affan ra. agar ia datang menghadap.
Ketika ia datang Rasulullah saw. menyambut kedatangannya. Setelah kami
melihat Rasulullah saw. menyambutnya maka salah seorang kamipun
menyambut kedatangan yang lain dan ucapan terakhir yang diucapkan
Rasulullah saw. sambil menepuk pundaknya, ‘Wahai Utsman mudah-mudahan
Allah akan memakaikan untukmu sebuah pakaian dan orang-orang munafik
ingin melepaskan pakaian tersebut maka jangan engkau lepaskan hingga
engkau menemuiku (meninggal).’ Tiga kali.. Aku katakan, ‘Ya Ummul
Mukminin hadits ini aku riwayatkan darimu.’ Aisyah menjawab, ‘Demi
Allah aku sudah lupa.’ Kemudian aku beritakan hal tersebut kepada
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, namun ia kurang yakin hingga ia menulis surat
kepada Ummul Mukminin, Tuliskan untukku tentang hadits ini!’ Maka
Ummul Mukminin menuliskan tentang hadits tersebut.”
Abu
Abdullah al-Jasry telah meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. dan Hafshah
seperti hadits telah lalu. Qais bin Abi Hazim dan Abu Sahlah dari
‘Aisyah ra. Abu Shalah meriwayatkan dari Utsman bahwa Rasulullah saw.
meng-ambil suaru perjanjian dariku agar aku sabar melaksanakannya.
Faraj bin Fudhalah meriwayatkan dari Muhammad bin al-Walid az-Zubaidy
dari Zuhry dari ‘Urwah dari Aisyah kemudian menyebutkan hadits
tersebut.”Adalah Darul Quthny berkata, “Hanya al-Faraj bin Fudhalah
yang meriwayatkan hadits ini.”
Persaksian ‘Aisyah ra. Terhadap Utsman bin Affan
Imam
Ahmad berkata, “Abdush Shamad telah mengatakan kepada kami dan
berkata, Fathimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia
berkata, Ibuku telah menceritakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya
kepada ‘Aisyah ra. dengan mengutus pamannya, ‘Salah seorang anakmu
mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Utsman yang sedang
di-cela oleh banyak orang.’ Beliau menjawab, ‘Semoga Allah SWT.
melaknat orang yang melaknat Utsman. Demi Allah waktu itu ia sedang
duduk di sisi Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. sedang menyandarkan
punggungnya kepadaku dan Jibril sedang menyampaikan wahyu al-Qur’an,
beliau bersabda, Tulislah wahyu tersebut ya ‘Utsaim (Utsman).’ ‘Aisyah
ra. berkata, ‘Tidaklah Allah SWT. menempatkan seseorang pada kedudukan
seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap
Allah dan RasulNya’.”
Kemudian
Imam Ahmad meriwayatkan dari Yunus dari Umar ra. bin Ibrahim
al-Yasykary dari ibunya bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang Utsman
di dekat Ka’bah. Kemudian ia menyebutkan hadits tersebut
Berita Tentang Terjadinya Fitnah yang Menyebabkan terbunuhnya Utsman dan Beliau Berada di Atas Kebenaran
Imam
Ahmad berkata, “Aswad bin Amir telah mengatakan kepada kami dan ia
berkata, Sinan bin Harun telah mengatakan kepada kami dan ia berkata,
Kulaib bin Waail telah mengatakan kepada kami dari Ibnu Umar ra. ia
berkata bahwa Rasulullah saw.Pernah menceritakan tentang fitnah dan
beliau bersabda, ‘Orang yang menyelimuti mukanya ini, akan terbunuh
secara zhalim pada waktu itu.’Lalu aku melihat orang tersebut, ternyata
ia adalah Utsman bin Affan ra..” Hadits ini juga diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dari Ibrahim bin Sa’ad dari Syadzan. Beliau mengatakan,
“Hadits ini hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Umar ra..”
Imam
Ahmad berkata, “Affan telah mengatakan kepada kami dan ia berkata,
Wuhaib telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Musa bin ‘Utbah
telah mengatakan kepada kami, kakekku dan bapak ibuku Abu Habibah telah
mengatakan kepadaku bahwa ia masuk ke dalam rumah dan Utsman sedang
terkepung di dalamnya. BeliaU mendengar Abu Hurairah yang meminta izin
untuk bicara maka beliau mengizinkannya. Ia berdiri seraya memuji Allah
SWT. lantas berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Sesungguhnya engkau akan menemui fitnah dan perselisihan setelahku
nanti atau beliau berkata perselisihan dan fitnah- salah seorang
bertanya, “Siapa yang hams kami ikuti ya Rasulullah saw.?’ Beliau
menjawab, ‘Ikutilah al-Amin ini dan para sahabatnya.’ Sambil menunjuk
kepada Utsman’.” Ibnu Katsir berkata, “Hanya Ahmad yang meriwayatkan
hadits ini dengan sanad yang hasan jayyid. Tidak ada yang
mengeluarkannya dari jalur ini.”
Imam
Ahmad berkata, “Abu Usamah Hamad bin Usamah telah mengatakan kepada
kami dan ia berkata, Kahmas bin al-Hasan telah me-ngatakan kepada kami
dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata, Harmy bin Harits dan Usamah bin
Khuraim (pada saat itu sedang berperang) telah mengatakan kepadaku dan
mereka berdua mengisahkan satu hadits, mereka tidak menyangka bahwa
masing-masing mereka telah menceritakan hadits tersebut kepadaku dari
Murrah al-Bahzy ia berkata, ‘Di saat kami bersama Rasulullah saw. di
sebuah jalan yang ada di Madinah beliau bersabda, “Apa yang akan kalian
lakukan jika fitnah menerjang seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk
sapi?” mereka bertanya, “Apa yang harus kami lakukan ya Rasululah?”
Beliau menjawab, “Ikutilah orang ini dan sahabat-sahabatnya.” Akupun
mempercepat jalanku agar jelas bagiku hingga aku mendekati lelaki
tersebut lalu kukatakan, “Apakah dia yang engkau maksud ya Rasulullah
saw.?” Rasulullah saw. menjawab, ” Ya dia.” Ternyata lelaki itu adalah
Utsman bin Affan ra.. Rasulullah saw. berkata lagi, “Ya dia dan
sahabat-sahabatnya.”
At-Tirmidzi
berkata dalam Jami’nya, “Muhammad bin Basyar telah mengatakan kepada
kami, ‘Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengatakan kepada kami dan ia
berkata, ‘Ayyub telah mengatakan kepada kami dari Abu Qilabah dari Abi
al-’Ats’ats ash- Shan’any, bahwa para khatib berbicara di negeri Syam
dan di antara mereka ada sahabat Nabi | kemudian berdiri orang yang
terakhir bernama Murrah bin Ka’ab seraya berkata, ‘Kalau tidak karena
hadits dari Rasulullah saw. aku tidak akan berbicara. Lantas ia
menyebutkan tentang fitnah dan menyebutkan seorang lelaki yang sedang
menyeli-muti mukanya dengan kain, kemudian Rasulullah saw. , bersabda,
Adapun din ini pnda saat itu berada di atas petunjuk.’ Maka akupun
mendatanginya yang ternyata adalah Utsman bin Affan ra., lalu aku
menghadap Rasulullah saw. dan kukatakan, ‘Apa dia yang engkau maksud?’
Beliau menjawab, ‘Benar’.” Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini
sanadnya hasan shahih.”
Kesungguhan Utsman bin Affan Dalam Beribadah
Telah
diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa beliau pernah shalat dengan
mambaca semua al-Qur’an pada satu rakaat di kamar al-Aswad pada musim
haji. Dan ini adalah ketekunan beliau. Kami telah meriwayatkan dari
Ibnu Umar ra. bahwa ia berkata tentang Firman Allah SWT. , ” (Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya.”
(Az-ZUmar ra.: 9).
“Bahwa
yang dimaksud dalam ayat itu adalah Utsman bin Affan ra..” Ibnu Abbas
dalam mengomentari Firman Allah SWT., “Samakah orang itu dengan orang
yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atasjalan yang
lurus.” (An-Nahl: 76).
Ia berkata, “Maksudnya adalah Utsman bin Affan ra..”
Hassan berkata, Berkorban hingga beruban sebagai tanda sujud, Memotong malam dengan bertasbih dan membaca al-Qur ‘an.
Istri dan Putra-putra Utsman bin Affan
Beliau menikahi:
- Ruqayah binti Rasulullah saw. dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah beliau berkuniah Abu ‘Amr.
- Seelah Ruqayah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kaltsum dan kemudian .Ummu Kaltsum pun wafat.
- Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar.
- Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama Amr, Khalid, Aban, ‘Umar ra. dan Maryam.
- Lalu beliau menikah dengan Fathimah binti Al-Walid bin Abdusy Syamsy bin al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah Al-Walid, Sa’id dan Ummu Utsman.
- Kemudian menikahi Ummu al-Banin binti ‘Uyainah bin Hishn al-Fazariyah dan dianugerahi seorang anak yang bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah.
- Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaibah bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orang anak yang bernama ‘ Aisyah, Ummu Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman.
- Lalu beliau menikah dengan Na’ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘Amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin ‘Ady bin Junab bin Kalb dan dianugerahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘ Anbasah.
Wasiat-wasiat Utsman bin Affan
Hisyam
bin ‘Urwah berkata dari ayahnya bahwa Utsman memberikan wasiat kepada
Zubair. Al-Ashma’i berkata, “Dari al-’Ala’ bin al-Fadhl dari ayahnya
berkata, “Ketika Utsman bin Affan ra. terbunuh mereka memeriksa
lemari-lemarinya dan mereka dapati di dalamnya sebuah kotak yang
terkunci. Setelah mereka buka ternyata isinya adalah selembar kertas
yang bertuliskan:
"Ini adalah wasiat Utsman
Dengan
Nama Allah Yang Malm Pengasih lagi Penyayang “Utsman bin Affan ra.
bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah SWT. semata
tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan
utusanNya. Surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar adanya.
Bahwasanya Allah SWT. akan membangkitkan manusia dari dalam kubur di
hari yang tidak diragukan lagi dan Allah SWT. tidak akan menyelisihi
janjiNya. Di atasnya manusia hidup dan di atasnya pula manusia mati dan
di atasnya juga akan dibangkitkan kembali insya Allah SWT..”
Kekhalifahan Utsman bin Affan
Masa
khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan
keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah
Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah
Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga
hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini.
Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa
diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan
dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah
Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui
banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun
terbelah.
Konon,
sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun
memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman
adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali,
sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga
itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya
adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka
Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat
diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan
Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat
dimasjid Madinah. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur
dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali.
Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau
adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram
(Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide
polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah
sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu
perkara di masjid.
Pada
masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan
umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang
kosong untuk kepentingan pertanian.
Di
masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya,
Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang
menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu.
Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau
di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat
dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah
- Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
- Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
- Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
- Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
- Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
- Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
- Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
- Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman
Konflik Selama Kekhalifahan
Pada
mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja
seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh
Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar
wasiat khalifah Umar bin Khatab. Kemudian beliau memecat pula sebagian
pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah
pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan
diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan)
dalam bidang tersebut.
Tindakan
beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang
yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin
Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang
diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah
bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman
bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut
sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.
Karena
merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang
hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin
Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan
Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar
(ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah,
tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali
tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir,
Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena
tuntutan orang Mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka
kembali ke Mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke Mesir, mereka
bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur
Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad
Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke Madinah
untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah
surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan
bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan
menuntut dua hal :
Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua
tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum
benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada
pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju
kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau
lepaskan”
Setelah mengetahui
bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka
lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi
dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh
sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin
Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan
kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar
dan tutur kata yang santun.
Wafatnya Utsman bin Affan
Setelah
rangkaian konflik pada masa pemerintahannya, Khalifah Utsman kemudian
dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan
hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan
pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat
Islam. Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah
beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar
(Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang
membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah
Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan
pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran. Perihal peristiwa
kematian ini persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw
perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.