Karqusari ke.1 :
Almarhum Gito Rollies.Kisah Alm Gito Rolies menuju Taubat
Bangun Sugito Tukiman, adalah salah satu nama dari sekian juta penduduk negeri ini yang terhipnotis oleh musik rock (barat). Figur The Rolling Stones, dengan lead vocal-nya Mick Jagger, menjadi idola remaja yang lahir di kota Biak dan besar di kota Bandung ini. Bahkan aksi nekatnya di tahun 1967, memmembuat kota Bandung gempar, ketika dirinya yang mendapat cap “Siswa Bengal” termasuk salah satu siswa yang lulus dari SMA-nya, melakukan aksi tanpa busana sambil naik sepeda motor mengelilingi kota kembang tersebut. Kesukacitaannya dilampiaskan dengan gaya ala rocker, maklum, daftar kenakalannya lebih panjang dari daftar absen murid, sehingga ia tak yakin jika namanya akan tertulis di papan pengumuman seperti teman-temannya yang lulus (tempointeraktif.com).
Selepas SMA, di kota yang sama, Bangun Sugito Tukiman (vokal) bersama rekan-rekannya, Teuku Zulian Iskandar Madian (saxophone, gitar), Benny Likumahuwa (trombone, flute), Didiet Maruto (trumpet), Jimmie Manoppo (drum), dan Oetje F. Tekol (bas) mendirikan band yang bernama The Rollies. Di era 1970-an, The Rollies semakin eksis dan menunjukkan taringya sebagai grup band rock handal di tanah air. Belakangan, setelah sukses dengan beberapa hits yang sempat bertengger di belantika musik Indonesia, namanya pun berganti menjadi Gito Rollies. Waktu terus berjalan, anak tangga karir perlahan-lahan ditapaki satu demi satu. Sanjungan dan pujian, memmembuat dirinya telah merasa menjadi seorang Mick Jagger Indonesia, sosok yang dikagumi dan diidolakannya.
Pria yang sempat mengenyam kuliah dua tahun di Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), terus larut bersama kebesaran The Rollies. Aksi panggungnya mirip dengan sang idola, suara serak ala James Brown, bapak moyang soul dan funk, menjadikannya pusat perhatian. Kesuksesan di panggung telah mengantarkan diri dan kelompoknya di industri rekaman, pun mengantarkannya menjadi hedonis sejati.
“Tiap Jumat siang kami berangkat ke daerah Puncak Bogor untuk pesta miras dan narkoba,” Ungkap Gito dengan nada sesal.
Di masa ketenarannya, pada awal tahun 1980, ia menjalin hubungan intim dengan putri seorang aktor dan komedian besar, Uci Bing Slamet, dan darinya dikaruniai seorang anak lalu berpisah setelahnya. Bahkan setelah menikah dengan perempuan impor, wanita keturunan Belanda, Michelle Van der Rest, tahun 1983, ia masih belum bisa melepaskan diri sepenuhnya dari pengaruh narkotika (AntaraNews).
Setelah bersolo karir, dia menelorkan sejumlah album solo, yakni Tuan Musik (1986), Permata Hitam/Sesuap Nasi (1987), Aku tetap Aku (1987), Air Api (1987) dan Tragedi Buah Apel (1987) dan Goyah (1987).
Sebagai aktor Gito memulai debutnya di dunia film lewat Buah Bibir (1973) sebagai figuran. Setelah benar-benar menjadi aktor ia bermain dalam Perempuan Tanpa Dosa (1978), Di Ujung Malam (1979) dan Sepasang Merpati (1979), dan Permainan Bulan Desember (1980), dan Kereta Api Terkahir (…). Namun kekuatan aktingnya terlihat pada Janji Joni yang mengantarkannya meraih piala Citra untuk kategori Aktor Pembatu Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2005.
Awal Kesadaran
Tahun 1995, atau tepat setelah 10 November, Sang Rocker baru benar-benar berhenti mengkonsumsi drugs dan alkohol, setelah mengalami sebuah peristiwa yang memmembuatnya shock lahir batin. Sepulang dari konser Hari Pahlawan di Surabaya, di bawah pengaruh narkoba, selama tiga hari ia mengalami fly, tak bisa makan dan tak bisa tidur, dan selama tiga hari itu semua kelakuannya di masa lalu seperti diputar di depan mata. “Saya takut sekali,” ujarnya seperti diungkap kepada koran Tempo. Namun yang paling memmembuatnya ciut justru menyangkut segala omongan yang pernah terlontar dari mulutnya. Fitnah dan gunjingan terhadap musisi lain, termasuk melakukan ghibah (membicarekan kejelekan orang lain).
Pengalaman tiga hari itulah yang menjadi titik balik dirinya untuk kembali kepada Allah. Khabar tentang kekuasaanNya, telah diwartakan ke segenap penjuru bumi kepada seluruh manusia, hanya saja tidak banyak orang yang menyadarinya, “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?” (QS. Adz-Dzaariyaat, 51 : 20-21).
Jika seseorang memperhatikan tanda-tanda itu, dan Allah SWT telah membukakan jalan masuk untuk memahami, tentu tidaklah sulit. Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kelalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kelalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yunus, 10 : 23).
Bisa jadi peristiwa yang ia alami, karena Allah hendak mengabarkan hal itu kepadanya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Di usia kepala empatnya, seorang Gito Rollies diingatkan Allah SWT melalui sebuah peristiwa spiritual yang memmembuatnya bergidik ketakukan. Nyalinya ciut, gemetar badannya, kekuatan musik cadas tak mampu menyangga hatinya yang terkoyak kala tanda-tandaNya telah diterima saat dirinya fly. Kesadaran bathinnya bergolak untuk bangkit dari masa-masa kelam yang telah mengotori jiwanya.
Sang Rocker kini dalam kesadaran awal setelah puluhan tahun terlelap bersama kesuksesan, polularibeg, dan kenikmatan duniawi. “Saya harus hijrah, bukan ini tujuan saya dilahirkan ke muka bumi, tetapi ada tugas lain yang harus saya lakukan sebagai bekal pertemuan dengan Sang Pemilik jiwa ini,” ujar hati itu berkata lirih.
Hatinya telah terbuahi cintaNya yang tulus dan suci sehingga sang hati sejati berkata, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf, 12 : 53).
Sebelum merasakan ke-Mahaan Allah dalam dirinya, Bangun Sugito hidup dalam serba kecukupan. Bergelimang kemewahan, bergiat dalam kehidupan malam, bertemankan jarum neraka. Begitulah hari demi hari yang dilalui seolah pakaian yang tak pernah lepas dari badannya.
Bahagiakah hidup seperti itu? Mendatangkan ketenangankah semua itu? Sebuah pertanyaan yang belum terjawab, sebuah rasa yang belum pernah ada dan sebuah keinginan yang belum tercapai. Pada akhirnya semuanya hanya menghantarkannya ke alam risau, resah dan gelisah.
Klimaks terjadi kala ia merayakan ulangtahunnya yang ke-50 pada 1997. Di situ, Gito mengundang seluruh karibnya untuk berpesta alkohol dan obat sepuasnya.
Dalam kerisauan panjang, beriring desah dan keluh kesah, daerah Puncak Bogor –Puncak dikenal sebagai tempat rekreasi di daerah Jawa Barat– selalu menjadi tempat menumpahkan penat, mengubur kegundahan yang membuncah. Wal hasil bukan ketenangan yang didapat bahkan gelisah itu makin menjadi. Namun dari daerah inilah benih hidayah itu mulai mekar membesar. Puncak menjadi tempat bersejarah, tempat solusi menjawab segala kerisauan.
Saat itu hari Jumat siang. Pria dengan rambut awut-awutan ini masih memegang botol miras, duduk di tempat yang tinggi sambil sesekali memandang ke arah bawah. Pandangannya tertuju kepada beberapa warga desa yang banyak menuju mesjid, hatinyapun bergetar, kerisauanpun kembali mengusik hati.
Mereka dengan kesahajaan bisa menemukan kebahagiaan. Apakah di Masjid ada kebahagiaan?!” Pertanyaan itu selalu mengusik Gito.
Sungguh pemandangan indah di hari Jumat itu, memberi arti tersendiri bagi kehidupan Gito Rollies. Sulit dibedakan keterusikan karena sekedar ingin tahu atau ini adalah awal Allah membukakan hatinya bagi pintu tobat.
Dicobanya untuk mendekati Masjid itu, subhanallah, seperti ada magnit yang memendekkan langkahnya untuk tiba. Mungkin di sana ada kebahagiaan. Terlihatlah sebuah pemandangan yang meluluhlantakan kegelisahannya selama ini.
“Rasanya seluruh otakku tiba-tiba dipenuhi oleh kekaguman. Dan entah kenapa, aku seperti mendapatkan ketenangan melihat orang-orang ruku, sujud dalam kekhusuan,”
“Bukankah apa yang kulakukan selama ini untuk mendapatkan ketenangan, tapi kenapa tidak? Ya, aku telah bergelut dengan kesalahan dan tetek bengeknya yang semuanya adalah dosa. Benarkah Allah tidak akan mengampuni dosaku? Lanbeg membuat apa aku hidup jika jelas-jelas bergelimang dalam ketidakbahagiaan.” Pikiran itu terus bergelayut seakan haus jawaban.
“Malam itu aku benar-benar tidak dapat memejamkan mata. Aku gelisah sekali. Ya, ternyata aku yang selama ini urekan, permisive ternyata masih takut dengan dosa dan neraka. Berhari-hari aku mengalami kegelisahan yang luar biasa. Hingga suatu malam, di saat kegelisahanku mencapai “puncaknya”, aku memutuskan untuk memulai hidup baru.
#2
Old 8th July 2009, 19:45
larisso larisso is offline
Registered Member
Join Date: Nov 2008
Posts: 3
larisso is a king of Loser
Default
Ketika mentari terbit, Gito langsung mengajak istrinya untuk pergi ke Bandung, menjenguk sang ibunda. Di sana, ia mengutarekan niatnya untuk tobat yang disambut tangis haru sang ibu. Sejak saat itu, Gito resmi meninggalkan dunia kelam.
Satu yang disyukuri Gito adalah, dukungan dan kesabaran sang istri, Michelle, yang tak pantang habis.
“Saat aku sudah belajar agama, aku tidak berupaya menyuruhnya shalat. Ia tiba-tiba belajar shalat sendiri, begitu juga anak-anak. Suatu hari, ketika aku pulang, tiba-tiba aku mendapatinya tengah mematut diri di depan kaca sambil mengenakan jilbab. Padahal aku tidak pernah menyuruhnya. Subhanallah, istriku memang yang terbaik yang pernah diberikan Allah,” kata ayah dari empat putra ini.
Tobatnya Gito juga disyukuri oleh sang mertua, warga negara Belanda yang berimigrasi ke Kanada. Meski berbeda keyakinan, ibu mertuanya justru senang dengan perubahan yang dialami Gito.
“Kata beliau, aku jadi lebih kalem ketimbang dulu, meski sekarang pakai jenggot segala. Bahkan aku jadi menantu favoritnya lho,” tuturnya sambil terkekeh.
“Mengapa Allah memberikan hidayah kepada diriku yang kerdil ini? Mengapa Allah menciptakan makhluk yang penuh dosa ini?”
Gito mengaku harus merenung lama untuk menemukan jawaban itu. Setelah dia menjalankan shalat dan menunaikan haji, jawaban itu baru mampir di benak dan pikirannya. “Ternyata, Allah menciptakanku untuk menjadi manusia baik. Semula mengikuti idolaku, Mick Jagger. Aku menjadi penyanyi dan rekaman lalu mendapat honor. Tapi itu bukan kebahagiaan sepenuhnya membuatku.”
“Mick Jagger itu dulu menjadi idolaku. Ikut mabok, main cewek, dan seabrek dunia kelam lain. Tapi sekarang aku mengidolakan Nabi. Dan sekarang, aku menemukan nikmat yang tiada tara.”
Kalimat itu meluncur dengan lugas dari Gito Rollies, artis ndugal yang kini memilih ke pintu pertobatan. Penampilan Gito tak lagi urekan dengan rambut awut-awutan dan celana jin belel. Bukan pula pelantun lagu-lagu cadas yang berjingkrak-jingkrak tidak keruan.
“Aku sudah mendapatkan banyak hal di dunia ini. Sekarang saatnya mengumpulkan amal untuk persiapan menghadapi hari akhir ,” katanya ketika memberi testimoni tentang perubahan dalam hidupnya.
Setelah mengalami pengalaman rohani, dirinya mulai banyak bergaul dengan kalangan ulama, mengaji, serta mempelajari Al-Qur’an dan Hadits secara mendalam. Perlahan-lahan Allah SWT tanamkan pemahaman arti hidup sebenarnya. Sang Gito Rollies merasa telah menemukan hujjah yang mendasari hidupnya. “Dulu saya suka Mick Jagger, saya bahagia kalau populer. Ibaratnya, dulu tuhan saya adalah popularibeg. Nabi saya adalah para idola saya, dan rocker-rocker luar negeri, sekarang saya begitu mencintai Nabi Muhammad SAW dan ajaran-Nya,” ujarnya.
ALLAH MAHA BESAR, demikian kira-kira satu ungkapan yang cocok dialamatkan kepada legenda musik rock Indonesia tersebut. Ketika Gito memutuskan berputar haluan 180 derajat dari dunia rocker yang hingar bingar menuju kehidupan Islami yang sarat dengan dakwah, banyak sahabat yang kaget, seolah tak percaya. Apalagi bagi sahabat yang sangat mengenal Gito, rasa-rasanya “mustahil” ia berubah seperti itu. Dengan kata lain, apa yang dilakukan Gito ketika itu adalah “aneh bin ajaib”. Apalagi jika membandingkan gaya hidup dan penampilan Gito dulu yang “compang-camping” ala rocker, berubah menjadi seorang yang sangat Islami. Bahkan pakaian sehari-harinya pun bukan celana jins robek lagi, melainkan pakaian gamis lengkap dengan peci, layaknya umat Islam.
Dakwah dan Tabligh
Tidak ada yang tidak mungkin selain mengecat langit! Demikian kira-kira perumpamaan yang sedikit nyeleneh untuk mengungkapkan fenomena hijrahnya Gito Rollies ke dunia dakwah. Sejak 1997 ia mulai menapaki “karir” dalam dunia karkun Jamaah Tabligh (pekerja dakwah yang rela mengorbankan harta dan kehidupan dunia semata-mata untuk berdakwah di jalan Allah). Selama rentang waktu 1997-Februari 2008 ini, Gito telah malang melintang keliling Indonesia untuk menyebarkan dakwah kepada umat Islam. Berpindah dari mesjid satu ke mesjid lainnya.
”Awalnya, saya hanya melihat orang-orang yang pergi ke masjid dan belum menunaikan shalat, meskipun saya beragama Islam. Selanjutnya saya beranikan diri masuk ke rumah Allah itu. Wah, kali pertama rasanya malu sekali dan menakutkan tempat itu. Lama-lama Allah berkenan memberikan hidayah kepada saya,” ungkap Gito semasa hidup. Hal itu ia ungkapkan seraya mengenang awal mula kembali ke jalan Allah. (dikutip dari suaramerdeka.com. Berita Edisi 17 April 2004. Diakses Sabtu, 01 Maret 2008)
Khuruj fi Sabilillah (pergi ke luar rumah/kampung halaman) semata-mata untuk senantiasa memperbaiki iman dan ketakwaan bagi dirinya sendiri dan seluruh umat, diputuskan Gito sebagai jalan hidup. Seorang artis ibukota dalam salah satu siaran televisi Nasional mengungkapkan suatu pernyatan Gito yang mengharukan sekaligus membahagiakan, “Gito dulu pernah berkata kepada saya, bahwa ia ingin mati di panggung sebagai seorang rocker. Tapi suatu saat ia justru berubah pikiran. Gito bilang ia ingin mati di panggung, tapi bukan sebagai rocker melainkan saat berdakwah,” ungkapnya dengan nada haru dan berlinang air mata, seraya menjelaskan bahwa keinginan Gito tersebut dikabulkan Allah lewat jalan lain, yaitu Gito meninggal sesampainya di Jakarta setelah beberapa hari melaksanakan dakwah khuruj fi sabilillah di Padang, Sumatera Barat.
Demikian pula Da’i kondang Arifin Ilham, kepada wartawan, sembari tak kuasa menahan air mata, ia mengungkapkan bahwa Gito Rollies adalah teladan bagi umat. Ia juga mengungkapkan semasa hidup Gito telah berjuang di jalan Allah dengan membawa misi dakwah, meskipun penyakit yang diderita Gito cukup berat.
Luar biasa memang sosok Gito, penyakit nan ganas, kanker kelenjar getah bening yang telah ia derita sejak beberapa tahun lalu (ia bahkan pernah dirawat di Singapura), tidak menyurutkan semangat dakwahnya. Bahkan, dengan berkursi roda, ia tetap semangat mengumbar dakwah dari mesjid ke mesjid.
Berdakwah Di Kalangan Artis
Toh, meski sudah berada di jalan Allah, Gito tak pernah merasa dirinya yang paling benar. Ia selalu menolak jika disebut kyai, atau diminta untuk berceramah. Menurutnya, ia hanyalah orang yang masih terus belajar agama. Apapun yang diucapkannya di depan umum adalah upayanya berbagi cerita.
Bahkan, Gito masih merasa belum cukup bertobat hingga akhir hayatnya. Tak pernah sekalipun ia merasa dosa-dosanya telah terhapuskan. Dalam suatu pengajian ia sempat bertanya kepada ustadz yang berceramah, apakah dosa-dosanya di masa lalu bisa berkurang dengan permembuatannya saat ini.
Ia pun berdakwah di kalangan artis, baik penyanyi maupun bintang film. Allah seolah telah mengirim seorang utusan dari kalangan mereka sendiri, komunibeg yang sangat rentan terhadap segala bentuk kemaksiatan, seperti minuman keras, narkoba, bahkan seks bebas. Profesinya sebagai artis didayagunakan untuk syi’ar agama Allah, mengajak mereka dengan cinta kasih, tidak pernah memaksa, bahkan tidak merasa dirinya paling baik dan paling benar. Baginya, teladan lebih utama dari sekedar retorika religi belaka.
Penbeg musik dengan beberapa kelompok band muda terus dijalani. Bedanya, penbeg kali ini tanpa alkohol dan drugs serta menyelipkan syi’ar Islam di setiap penampilannya. Juga di balik layar lebar, film-film bertema religius sanggup dilakoni dengan satu semangat, yaitu menggemakan ajaranNya yang dibawa oleh Baginda Rasulullah. “Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata) : Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dariNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya).” (QS. Al-Mu’minuun, 23 : 32).
Beberapa tahun belakangan, orang mulai memanggilnya Ustadz Gito, meski ia menolak panggilan itu. Banyak kalangan artis yang tersadarkan setelah menyimak penuturan pengalaman hidupnya. Teladan dan ucapannya yang lemah lembut memmembuat semakin banyak orang yang simpatik dengan isi dakwah, syi’ar yang diangkat dari pengalaman pribadinya. Ia pun sempat mendaur ulang album lawasnya, Cinta yang Tulus, bukan lagi tema cinta antara sepasang manusia tetapi antara makhluk dan Khalik.
Kini Kang Gito telah berubah, masa lalu memang tidak mungkin terhapus dari diary-nya, dan akan menjadi catatan sejarah panjang. Tetapi itulah kehidupan, segalanya belum titik, tapi masih koma. Dan baru mencapai titik bila ajal menjemput. Jalan hidupnya mengingatkan kita pada sosok Cat Stevens yang pernah tersandung sebuah kejadian luar biasa, lanbeg banting setir ke arah tidak terduga setelah selamat dari gulungan ombak besar di pantai Hawaii. Cat Stevens meninggalkan agama lamanya dan dunia yang memungkinkan segalanya kecuali spiritualibeg. Ia pun berganti agama dan namanya dengan jati diri yang baru, yaitu Yusuf Islam. Gito Rollies tidak perlu ganti nama, namun dirinya bermetamorforsis menjadi hambaNya yang memahami tujuan hidupnya serta berusaha menjadi bermanfaat bagi orang lain walaupun harus berceramah di abeg kursi roda dan melawan penyakit kanker getah benih yang menderanya sejak 2005.
Wafat Dengan Tersenyum
Perjalanannya terhenti pada pukul 18.45 WIB, Kamis (28/02), setelah Sang Rocker menghembuskan nafasnya yang terakhir. “Beliau meninggal setelah melakukan shalat Maghrib dan melakukan do’a terakhir,” ujar rekan artis yang turut melayatnya. Dua belas tahun lebih di sisa usianya dihabiskan untuk melayani dan mengajak orang lain melakukan kebaikan. Sakitnya tidak begitu dirasakan, bahkan pada akhirnya beliau nikmati sebagai peluntur sisa-sisa kekotoran dirinya dan menjadi musabab kematiannya.
Di poskan di tulis ulang oleh IRWAN AHBAB
Karqusari ke.2 :
Kargozari keluar Nisob 3 hari kemaren...Ada 1 orang awam, cb ikut keluar 3 hari, ketika kami tanya awal dia ikut, apa niatnya..?
Dia jawab : " Saya mau cb membuktikan bahwa Allah SWT tdk menyia-nyiakan klg. saya dan akan ada Rezeki yg tidak disangka-sangka.."
Maka Si Fulan berangkat 3 hari tanpa memberikan uang yg banyak kpd Istri dan ke Dua anaknya yg masih kecil.
Ternyata...
Dia keluar 3 hari dgn Jama'ah, banyak menangis saja ditengah malam pada sa'at Dia bermunajat pd Allah dalam Tahajjudnya.
Dan ketika kembali kerumah......
Dia daptkan Istri dan 2 anaknya yg masih kecil Sehat bugar tanpa ada Kesusahan sedikitpun..?
Dia tanya pada Istrinya : " Bagaimana keadaan wktu sy pergi 3 hari tanpa sy bekali Uang yg banyak dan kalian bs kelihatan Sehat, Segar Bugar tidak seperti yg sebelum sy pergi 3 hari..? "
Istrinya menjawab : " Subhanallah kang..! Ketika akang pergi baru 3 jam dr rumah.., ada saja orang datang bawa makanan, buah2 an dan Obat2an untuk anak kita yg sedang Demam juga mereka datang silih berganti.., gak lupa jg mereka memberikan kami Uang tuk pegangan kami..? ( sambil menangis istrinya menceritakan ) ".
Suami nya menjawab : ( Sambil menahan haru ).., Ya, inilah yg akang inginkan bahwa janji Allah itu pasti dan itu semua karena kalian jg Ikhlas melepas sy tuk bs 3 hari bantu Agama Allah, maka terjawablah sudah selama ini yg akang selalu ragukan yaitu dgn Rezeki yg tdk disangka-sangka...! "
Allahuakbar...! Allah Karim...! Dgn mudah nya Allah kirim manusia atau mungkin Malaikat kerumah si Fulan untuk bs membantu klg si Fulan yg sdng ditinggalkan selama 3 hari untuk Bantu Agama Allah SWT.
Apakah kalian masih ragu..?
itu baru 3 hari bhai..?
Bagaimana kalau ambil 40 hari...? atau 4 bulan..?
Siapkan diri kita semua tuk bisa pergi yg jauh dan yg lama lagi...!
Bersedia..! Insyaa Allah.
Allahumma aamiin.
# Maulana Abdullah Diyon
Diposkan dan di tulis kembali oleh IRWAN AHBAB
Karqusari ke.3 :
Dakwah Di Prancis
Abdul Basith Nasution > Kargozari DakwahKisah dakwah di Perancis pd zaman hadratzi Maulana yusuf..
Suatu hr raja arab ingin mmbli tanah di franc utk membangun sebuah mesjid.Lalu raja mengirim sebuah surat kpd presiden franc..
Jwban presiden franc kpd raja,bisa wahai raja..
Asalkan siapkan tanah jg bwt saya di arab utk membangun gereja..
Raja faisal katakan wahai presiden jika gereja di bangun di arab mk ini akan mmbwt kemarahan umat islam diseluruh dunia…
Mk presiden franc jg mnjwb bgt jg di franc,jk dibangun gereja bs mmbwt kemarahan umat nasrani di franc…
Mk hal ini diketahui oleh maulana yusuf..
Lalu ada seorg mahasiswa yg bernama sana’ Allah,dia org yg terpintar diseluruh universitas di india..
Mk maulana yusuf mmanggil org tsb..
Hai sana’ Allah apakah kau org pintar..???
Ya Maulana saya org pintar…
jika kau mengaku org pintar bwtlah Dakwah kt maulana…
Maka sana’ Allah dpt takazah utk dakwah ke franc..
Selama di markas nizamuddin sana Allah trus bertanya kpd maulana…
Wahai maulana bgmn caranya…??
Maulana hanya katakan Gunakanlah kepintaranmu krn engkau sudah mengaku org yg pintar…
Setelah sana’Allah smpai di franc,dia mnginap disatu apartemen N ia jg bingung bgmn cr bs bertemu org2 islam..
Mk dia lht ada sebuah buku tlp…
ia tlp nama2 yg berbaur islam utk mngadakan jord…
Lalu bnyklah yg dtg sktr ratusan org,tetapi sdktpun tdk paham apa mksd yg dikatakan sana’ Allah..
dr ratusan itu pengikutnya cm 10 org…
Selama 3 thn menempa iman barulah bs khuruj 3 hr..
N pengikutnyapun bnyk bertambah..
Lalu presiden franc mmberikan tanah dgn cuma2 kpd org islam utk dibngun mesjid..
Stelah itu sana’Allah hrus kembali ke india utk karghujari dgn maulana yusuf..
Sana’Allah hanya 1 bln brsama maulana yusuf stelah itu maulana yusuf wafat…
Shingga hadrazi diganti dgn maulana innamul hasan..
Slama di india sana’Allah silaturahmi N mentasykil salah satu dosen yg sngat anti dgn tabligh..
Sana’Allah katakan wahai profesor engkau mw mndptkan gelar prof engkau mncoba suatu riset sehingga engkau mndpt gelar prof..
Apa salahnya klu engkau mncoba hal ini..???
ayolah prof engkau sudah sngt tua apa salahnya mncoba…
Mk prof pun dtg dihari jaulah..
Tetapi prof mnt kpd sana’Allah utk jaulah dluar..
mk di ijinkanlah…
Stelah jaln 3 langkah mk prof lgsg katakan Allahu akbar BESAR..BESAR..B?ESAR
Sana’Allah tanya apa yg besar ya prof…???
Prof jwb;Subhanallah? br aku jln 3 langkah Allah SWT mmperlhtkan kpdku sungguh besar pahala org yg bwt jaulah..
Shingga prof tak sanggup lalu uluh hatinya pecah krn besarnya pahala itu…
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun
Stelah 3 thn di india Sana’Allah dpt takazah utk ke franc dgn bw jama’ah…
Lalu sana’Allah brgkt ke france dgn jumlah jam’ah 10 org..
Smpai di airport franc mrk lgsg sholat ditengah lapangan airport..
Tetapi para awak N pramugari airport katakan maaf pak kt sudah siapkan mesjid di airport ini…
Alangkah sngt terkejutnya sana’allah bgt mlihat mesjid yg ratusan org antri utk mlksanakan sholat..
Sana’Allah bertanya kpd seorg imam mesjid..
Wahai bpk knp sangat ramai org2 yg sholat..??
Imam katakan dahulu 6 thn yg lalu ada seorg anak muda yg brnama sana’Allah..
Dia bwt suatu usaha dakwah di franc…
Asbab dia skrg ini mesjid2 di franc berjumlah 3000 mesjid..
Karghujari from:Maulana Khalilullah pikirman Nizamuddin..
1 Februari pukul 16:44 ? Suka ? Ikuti Kiriman ? Laporkan
16 orang menyukai ini.
Selamet Riyadi
alhmdllh ketika di jepang dulu Allah pertemukan kami dgn prof.sanaullah.beliau sering di sebut sbgai FATHUL FRANCE
1 Februari pukul 19:11 ? Suka ? 3
Abdul Basith Nasution
Subhanallah bs ktemu dgn beliau…
Beliau pesan agar karghujari ini sampaikan kpd seluruh jama’ah…
Diposkan di tulis ulang oleh IRWAN AHBAB
Karqusari ke.4 :
DIUSIR DARI MESJIDKargozari Waktu keluar di Pantai Labu Sumut
Jam menunjukkan waktu 5.30 WIB. Satu rombongan jamaah telah sampai disebuah mesjid dipantai Labu yang sudah lama pemngurnya tidak memperbolehkan rombongan jamaah untuk i'tikaf.
Ketika jamaah sampai dimesjid satu orang anak muda berlari dan mengatakan, "Pak, mohon maaf. Bapak tidak boleh masuk mesjid ini, silahkan tinggalkan mesjid ini sekarang. Salah satu jamaah menjawab, kami kesinikan mau shalat sudah dekata waktu shalat magrib. Jamaah pun diperbolehkan untuk masuk.
Setelah ba'da Isa. Program khususi kepada Ketua BKM Mesjid (Badan Kenajiran Mesjid) atau Ketua pengurus mesjid. Setelah sampai dirumahnya. Ketua BKM juga menyampaikan hal yang sama. Tidak boleh i'tikaf dimesjid karena ini sudah kesepakatan musyawarah orang tempatan. Tetapi karena sudah malam, tidak masalah bapak malam ini disini saja. Besok pagi langsung angkat kaki.
Bapak sebagai BKM dimesjid, tahu gak apa tugas BKM ?
Tugas BKM iti memakmurkan mesjid. Kami datang kesini untuk memakmurkan mesjid dalam rangka untuk membantu tugas bapak. Ini malah bapak mengusir orang yang memakmurkan mesjid. Dalam arti bapak sudak menghalangi orang yang beribadah kemesjid dan menghalangi orang yang berdakwah mengajak kemesjid.
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS. Al Baqarah : 114)
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka (QS. Muhammad :1)
Mendengar ayat Al Qur'an disampaikan hatinya tersentak. Jadi bapak harus undang kembali masyarakat untuk bermusyawarah supaya jamaah diperbolehkan masuk dan i'tikaf dimesjid. Jamaah pun pulang ke mesjid dan besoknya Ketua BKM minta maaf kepada jamaah. Akhirnya bisa buat program selama 3 hari.
Sekedar berbagi pengalaman. Supaya bisa diambil pengajaran
Ditulis dan di pos ulang oleh IRWAN AHBAB.
Karqusari ke.5:
15.Ribu Jemaah Hadir Dakwah
PASIR MAS ? Majlis Ijtimak tahunan Dakwah dan Tabligh, julung kalinya diadakan, berjaya menarik kehadiran 15,000 Muslimin seluruh Kelantan, semalam.
Majlis yang berakhir semalam, turut dihadiri oleh penduduk sekitar, pelajar tahfiz, dan ulama seluruh negara, malah diimarahkan dengan kedatangan maulana dari enam negara iaitu Thailand, Indonesia, Pakistan, Sri Langka, India? dan Arab Saudi.
Pengerusi Jawatankuasa sambutan, Wan Nor Abdullah berkata, kehadiran ini tidak mengira fahaman politik, kerana nawaitunya hanya berkisar kepada ketakwaan.
Menurutnya, meskipun terdapat beberapa kekangan dari segi sumber elektrik, air dan tempat tinggal, namun ia sedikit pun tidak melemahkan semangat pendakwa yang hadir.
?Program yang dijalankan adalah solat berjemaah, qiamullail, kuliah subuh, muzakarah, penceritaan kisah sahabat Rasulullah dan penerangan akhir. ?Program 13 siri jelajah Ijtimak akan diteruskan ke Terengganu pada 3 Jun ini, Pahang pada 6 Jun, seterusnya di Johor, Negeri Sembilan, Melaka, Sabah, Sarawak, Indonesia dan Eropah,? katanya, semalam.
Sementara itu, penduduk dari Manik Urai, Wan Rosli Wan Jusoh, 30, berkata, ijtimak ini cukup memberi kesedaran menerusi ilmu yang disampaikan oleh maulana dari luar negara.
?Perkongsian rezeki dan bersyukur dengan nikmat yang ada, juga memotivasikan diri sebagai hamba di atas muka bumi ini,? katanya, semalam.
Sementara itu, penduduk dari Pauh Lima, Zarawi Abd Razak, 45, berkata, ijtimak ini membantu kita menajamkan semula ilmu yang dipelajari dan dipraktikkan bersama jemaah yang lain.
?Saya berharap program seumpama ini dapat dijalankan setiap tahun di Kelantan, agar kita dapat menambahkan ilmu dan ketakwaan,? katanya, semalam.
Di tulis dan di pos ulang oleh IRWAN AHBAB.
karquari ke.6
Berikut ini karguzari dari nota fb ustaz Mahodum Hasibuan. Semoga Allah membangkitkan semangat dan keinginan mati syahid di jalan Allah, menghargai dan dicampakkan rasa ta'azim terhadap usaha yang mulia ini.
Ustaz Mahodum menceritakan,
Ketika kami keluar di Kota Malang tepatnya di Batu Malang tahun 2005. Pertama kami keluar tepat di halaqahnya, dihalaqahnya ada pesantren Hafidz Qur’an yang diasuh ustad tamatan dari Libiya.
Ada satu orang anak muda santri disitu sudah hafal 28 juz namanya Fuad.
Kami dihantar di daerah dingin dan terakhir kami dihantar lagi ke halaqah sebelum pulang ke Temboro lalu ke Jakarta dan Medan. Hari terakhir kami dihalaqah seperti biasa ba’da Isya khususi. Waktu itu saya di putus khususi ulama besar di kampung itu. Setelah pulang khususi jumpa dengan si Fuad dan dia bertanya :
“Bang, bagaimana kargozarinya jumpa dengan ustadz itu?”
Amir shaf katakan: “Supaya kargozarinya seru kita beli makanan dulu”.
Si Fuad bersedia khidmat kepada jamaah. Biasanya kalau beli makanan saya dan Dr. Dewanto yang khidmat beli makanan, tetapi si Fuad mengatakan saya saja karena jamaah sudah mau tangguh besok.
10 menit kemudian kami dapat kabar si Fuad di tabrak mobil tidak sadarkan diri. Semua jamaah berhamburan kedepan untuk melihatnya. Ternyata betul si Fuad sudah tergeletak di tanah. Kargozari orang tempatan, dia ditabrak mobil kemudian motor (kereta) dan terahir mobil lagi, kepalanya mengeluarkan darah yang banyak.
Ketika itu ada polisi yang lewat. Dengan menggunakan mobil polisi kami bawa si Fuad kerumah sakit. Setelah darah dibersihkan, kami menyadari bahwa rumah sakitnya kristen punya. Tanya dengan pak polisi masih ada rumah sakit umum yang muslim. Ada kata polisi tetapi agak jauh. Kami tanyakan berapa biaya rumah sakitnya. Susternya katakan “Gratis saja pak, karena baru kali ini kami melihat jenazah, matinya sambil tersenyum”. (Subhanallah) Rupanya si Fuad telah meninggal dunia.
Dengan perasaan sedih kami pun membawa mayatnya kerumah sakit umum. Sampainya disana polisi kordinasi dengan bagian rumah sakit mayatnya harus di fisum. Setelah di fisum biayanya dikenakan 500 ribu. Jamaah musyawarah besok saja mayatnya diambil karena belum ada persetujuan dengan pimpinan pondok.
Alamat si Fuad ini tidak ada yang tahu. Data yang ada cuma dia tinggal di kota A (saya sudah lupa nama kotanya). Jam 12 Malam itu di telepon ke kantor polisi dikota A tersebut. Supaya menanyakan dimana alamat si Fuad dikota tersebut. Ajib, jam 2 malam kami sudah dapat kabar dari sana. Alamatnya disini dan nama orang tuanya ini. Padahal kota itu sangat luas sekali, dalam jangka 2 jam dan tengah malam datanya sudah dapat. Ini bukan kerjanya polisi lagi tetapi kerjanya 'malaikat'. Tidak tahu alamatnya, tidak tahu nama orang tuanya. Inilah kuasa Allah SWT.
Paginya kami kerumah sakit untuk mengambil jenazahnya. Supir ambulannya sudah pernah keluar 3 hari. Kami kesana bersama beliau dan sampai dirumah sakit. Jumpai kepala bagian kamar mayat dan dia mengatakan: “Masalah biayanya gratis saja” Subhanallah. Sesampainya di mesjid kami mandikan, shalatkan dan dihantar mayatnya ke kampung halamannya.
Setahun kemudian saya berangkat ke Jakarta dan berjumpa dengan orang Malang dan dia bagi kargozari. Masih ingat gak suster yang kristen yang mengatakan : “Gratis saja pak, karena baru kali ini kami melihat jenazah, matinya sambil tersenyum”. Sekarang sudah masuk islam. Subhanallah.
Motor yang menabrak si Fuad itu anak karkun dan sudah 10 tahun ayahnya mengajaknya dia tidak mau juga keluar. Asbab kejadian itu anak tersebut mau keluar 3 hari.
Pengalaman saya yang paling berkesan dengan si Fuad dan sampai sekarang pun masih saya ingat. Ketika kami berjaulah, waktu itu saya yang mutakallim dan berjumpa dengan orang kristen dan kami tidak tahu dia kristen dan saya mengatakan : “Maaf pak, kami mau mendatangi saudara-saudara kami yang muslim”. Setelah beranjak dari rumah itu si Fuad sebagai dalil mengatakan kepada saya: “Bang kalau jumpa dengan orang kristen jangan minta maaf, tetapi itulah kesempatan kita buat dakwah. Sebaiknya yang dikatakan, kami mau menyampaikan satu kalimat yang hak kepada bapak (Laa ilaha ilallah)”. Dan sampai hari ini ketika jaulah jumpa dengan orang kristen maka hal ini saya lakukan.
Waktu itu Maulana Mustaqim yang datang ke Temboro. Didalam bayannya beliau mengatakan: “Orang yang sukses dalam dakwah itu bukan yang bisa keluar 40 hari 4 bulan dan buat maqami, tetapi orang yang sukses dalam dakwah adalah orang yang mati dalam buat dakwah."
Semoga Allah SWT matikan kita dalam dakwah.
Malfuzat maulana I'namul Hasan rah.a; "Beruntunglah orang-orang yang mengenal usaha dakwah, lebih beruntung lagi yang istiqamah dalam usaha ini, tetapi yang paling beruntung ialah mereka yang mati di dalam usaha dakwah ini."
Allahu a'lam.
Ketika kami keluar di Kota Malang tepatnya di Batu Malang tahun 2005. Pertama kami keluar tepat di halaqahnya, dihalaqahnya ada pesantren Hafidz Qur’an yang diasuh ustad tamatan dari Libiya.
Ada satu orang anak muda santri disitu sudah hafal 28 juz namanya Fuad.
Kami dihantar di daerah dingin dan terakhir kami dihantar lagi ke halaqah sebelum pulang ke Temboro lalu ke Jakarta dan Medan. Hari terakhir kami dihalaqah seperti biasa ba’da Isya khususi. Waktu itu saya di putus khususi ulama besar di kampung itu. Setelah pulang khususi jumpa dengan si Fuad dan dia bertanya :
“Bang, bagaimana kargozarinya jumpa dengan ustadz itu?”
Amir shaf katakan: “Supaya kargozarinya seru kita beli makanan dulu”.
Si Fuad bersedia khidmat kepada jamaah. Biasanya kalau beli makanan saya dan Dr. Dewanto yang khidmat beli makanan, tetapi si Fuad mengatakan saya saja karena jamaah sudah mau tangguh besok.
10 menit kemudian kami dapat kabar si Fuad di tabrak mobil tidak sadarkan diri. Semua jamaah berhamburan kedepan untuk melihatnya. Ternyata betul si Fuad sudah tergeletak di tanah. Kargozari orang tempatan, dia ditabrak mobil kemudian motor (kereta) dan terahir mobil lagi, kepalanya mengeluarkan darah yang banyak.
Ketika itu ada polisi yang lewat. Dengan menggunakan mobil polisi kami bawa si Fuad kerumah sakit. Setelah darah dibersihkan, kami menyadari bahwa rumah sakitnya kristen punya. Tanya dengan pak polisi masih ada rumah sakit umum yang muslim. Ada kata polisi tetapi agak jauh. Kami tanyakan berapa biaya rumah sakitnya. Susternya katakan “Gratis saja pak, karena baru kali ini kami melihat jenazah, matinya sambil tersenyum”. (Subhanallah) Rupanya si Fuad telah meninggal dunia.
Dengan perasaan sedih kami pun membawa mayatnya kerumah sakit umum. Sampainya disana polisi kordinasi dengan bagian rumah sakit mayatnya harus di fisum. Setelah di fisum biayanya dikenakan 500 ribu. Jamaah musyawarah besok saja mayatnya diambil karena belum ada persetujuan dengan pimpinan pondok.
Alamat si Fuad ini tidak ada yang tahu. Data yang ada cuma dia tinggal di kota A (saya sudah lupa nama kotanya). Jam 12 Malam itu di telepon ke kantor polisi dikota A tersebut. Supaya menanyakan dimana alamat si Fuad dikota tersebut. Ajib, jam 2 malam kami sudah dapat kabar dari sana. Alamatnya disini dan nama orang tuanya ini. Padahal kota itu sangat luas sekali, dalam jangka 2 jam dan tengah malam datanya sudah dapat. Ini bukan kerjanya polisi lagi tetapi kerjanya 'malaikat'. Tidak tahu alamatnya, tidak tahu nama orang tuanya. Inilah kuasa Allah SWT.
Paginya kami kerumah sakit untuk mengambil jenazahnya. Supir ambulannya sudah pernah keluar 3 hari. Kami kesana bersama beliau dan sampai dirumah sakit. Jumpai kepala bagian kamar mayat dan dia mengatakan: “Masalah biayanya gratis saja” Subhanallah. Sesampainya di mesjid kami mandikan, shalatkan dan dihantar mayatnya ke kampung halamannya.
Setahun kemudian saya berangkat ke Jakarta dan berjumpa dengan orang Malang dan dia bagi kargozari. Masih ingat gak suster yang kristen yang mengatakan : “Gratis saja pak, karena baru kali ini kami melihat jenazah, matinya sambil tersenyum”. Sekarang sudah masuk islam. Subhanallah.
Motor yang menabrak si Fuad itu anak karkun dan sudah 10 tahun ayahnya mengajaknya dia tidak mau juga keluar. Asbab kejadian itu anak tersebut mau keluar 3 hari.
Pengalaman saya yang paling berkesan dengan si Fuad dan sampai sekarang pun masih saya ingat. Ketika kami berjaulah, waktu itu saya yang mutakallim dan berjumpa dengan orang kristen dan kami tidak tahu dia kristen dan saya mengatakan : “Maaf pak, kami mau mendatangi saudara-saudara kami yang muslim”. Setelah beranjak dari rumah itu si Fuad sebagai dalil mengatakan kepada saya: “Bang kalau jumpa dengan orang kristen jangan minta maaf, tetapi itulah kesempatan kita buat dakwah. Sebaiknya yang dikatakan, kami mau menyampaikan satu kalimat yang hak kepada bapak (Laa ilaha ilallah)”. Dan sampai hari ini ketika jaulah jumpa dengan orang kristen maka hal ini saya lakukan.
Waktu itu Maulana Mustaqim yang datang ke Temboro. Didalam bayannya beliau mengatakan: “Orang yang sukses dalam dakwah itu bukan yang bisa keluar 40 hari 4 bulan dan buat maqami, tetapi orang yang sukses dalam dakwah adalah orang yang mati dalam buat dakwah."
Semoga Allah SWT matikan kita dalam dakwah.
Malfuzat maulana I'namul Hasan rah.a; "Beruntunglah orang-orang yang mengenal usaha dakwah, lebih beruntung lagi yang istiqamah dalam usaha ini, tetapi yang paling beruntung ialah mereka yang mati di dalam usaha dakwah ini."
Allahu a'lam.
Karqusari ke.7 :
Nukilan karguzari Maulana Ahmad Harun Al Rosyid di dalam buku 'Meluruskan Kesalahpahaman Terhadap Jaulah (Jamaah Tabligh). Juga diselitkan beberapa karguzari di Eropah.
Tidak banyak info berkenaan suku Hottentot ini di internet. Di wikipedia, suku Hottentot ini merujuk kepadaKhoikhoi Dikaitkan juga dengan suku Bushmen di selatan Afrika.
Satu jamaah berjumlah enam orang dari Makkah bergerak di Afrika Tengah selama satu bulan. Untuk beberapa hari jamaah mengadakan program di kawasan sekitar hutan rimba Bagandu yang membentang di Kamerun, Ethiopia, Kongo, dan Afrika Tengah. Di hutan itu berdiam satu komonitas orang-orang suku Hottentot. Paling tinggi tubuh mereka kurang lebih hanya satu meter. Mereka yang tinggal di wilayah Afrika tengah mencapai 100.00 jiwa. Semua masih hidup primitif. Tidak mengenal agama, tidak berpakaian, tidak ada rumah permanen (kekal), dan cara berdagangnya masih dengan sistem barter (bertukar barang).
Di tempat masjid yang di tempati jamaah, terdapat pasar yang setiap pagi selalu di datangi oleh Hottentot untuk melakukan barter. Malam hari jamaah berdoa habis-habisan memohon hidayah untuk mereka. Paginya, aneh, tidak seorang Hottentot pun datang ke pasar. Setelah bermusyawarah dengan penduduk setempat, seorang yang biasa menjadi pemandu peneliti asing menawarkan diri untuk mengantarkan kami. Setelah di ketahui bahwa dia bukan muslim, salah seorang anggota jamaah berdakwah kepadanya dalam beberapa menit. Akhirnya dia pun masuk islam.
Beberapa orang dari jamaah pergi masuk ke dalam hutan liar di temani pemandu dan penerjemah. Dengan sedikit usaha pemandu, dalam waktu singkat terkumpul 25 orang laki-laki dan perempuan. Seorang dari jamaah menyampaikan kepentingan dan kenikmatan Islam kepada mereka dengan di bantu dua penerjemah sekaligus. Jamaah menyampaikan kepentingan dan kenikmatan Islam dalam bahasa Arab yang di terjemahkan ke dalam bahasa Hottentot.
Setelah beberapa menit jamaah berbicara mereka pun masuk Islam. Beberapa orang di bawa ke masjid untuk di ajari agama. Kemudian dua orang lagi menyusul jamaah ke masjid untuk masuk Islam. Setelah tiga hari di sana jamaah pindah ke masjid lain dengan di ikuti tiga orang dari suku Hottentot. Kami meghubungi seorang 'kyai' (ulama) di sana supaya dakwah dan bimbingan agama kepada mereka di tindak lanjuti.
Selama sebulan tidak bisa di hitung berapa orang masuk Islam. Hanya di dakwahi jamaah beberapa menit saja; polisi, pedagang, orang yang menunggu masjid, bahkan orang yang baru mandi di sungai langsung masuk Islam. Setelah jamaah pulang, bertepatan dengan musim haji pada tahun yang sama, 'kyai' yang di beri tanggungjawab untuk membimbing agama kepada orang-orang Hottentot itu datang ke Makkah. Beliau menginformasikan sekarang sudah hampir dua ribu orang Hottentot masuk Islam. Alhamdulillah.
Di Inggris, dengan usaha sederhana ini, Allah swt. mewujudkan kurang lebih tiga puluh pondok pesantren salaf dan puluhan pesantren Al-Quran. Di Perancis, sejak pertama kali dakwah tabligh di mulai (sekitar tahun 50-an) hingga sekarang telah berdiri tiga ribu masjid di sertai gelombang masuknya orang-orang kafir ke dalam agama Islam. Di Pakistan, penuilis menemui seorang pemuda dari Moskow datang ke Pakistan bersama jamaah dengan niat akan menghafalkan Al-Quran.
Pada tahun 2000 Indonesia mengirim dua jamaah ke Amerika. Mesjid-mesjid yang mereka datangi di antaranya adalah bekas gereja kosong yang sudah di tinggalkan para pengikutnya (orang Kristen). Gereja kosong tersebut di beli oleh orang Islam, kemudian di jadikan masjid. Ketika dua jamaah bergerak di sana, hampir setiap hari menyaksikan orang-orang Amerika baik yang berkulit putih maupun kulit hitam masuk Islam.
Dari Ibnu Hatari, Maulana Ibrahim berkata dalam bayan subuhnya pada 15/7/2010 di Masjid Bangawali, Nizamuddin: “Natijah hujan adalah air yang bersih dan pada sudut pandangan, adalah satu makhluk biasa. Tetapi kesan pergerakannya amat luar biasa. Wujudnya hujan, satu perkara akan menjadi hidup (tanah kering kontang menjadi subur dengan tumbuh tumbuhan). Begitu juga pergerakan umat ini, pergerakan hujan natijahnya memberi manfaat. Air hujan membasahi setiap penjuru tempat, tanpa mengira keadaan tempat tersebut. Dengan wujudnya hujan, maka faedahnya dapat memberi manfaat kepada satu kehidupan. Air itu diumpamakan agama dan pergerakan hujan diumpamakan pergerakan umat dengan kerja agama.”
Karguzari,
Menjelang di cetaknya buku ini, satu jamaah dari Saudi datang ke Temboro (markaz dakwah tabligh di Jawa Timur). Salah satu anggota jamaah, Ahmad Abdur Rahman dari ‘Aziziyyah Makkah, menceritakan pengalamannya tujuh tahun yang lalu kepada penulis, keluar 40 hari ke Afrika Tengah.Satu jamaah berjumlah enam orang dari Makkah bergerak di Afrika Tengah selama satu bulan. Untuk beberapa hari jamaah mengadakan program di kawasan sekitar hutan rimba Bagandu yang membentang di Kamerun, Ethiopia, Kongo, dan Afrika Tengah. Di hutan itu berdiam satu komonitas orang-orang suku Hottentot. Paling tinggi tubuh mereka kurang lebih hanya satu meter. Mereka yang tinggal di wilayah Afrika tengah mencapai 100.00 jiwa. Semua masih hidup primitif. Tidak mengenal agama, tidak berpakaian, tidak ada rumah permanen (kekal), dan cara berdagangnya masih dengan sistem barter (bertukar barang).
Di tempat masjid yang di tempati jamaah, terdapat pasar yang setiap pagi selalu di datangi oleh Hottentot untuk melakukan barter. Malam hari jamaah berdoa habis-habisan memohon hidayah untuk mereka. Paginya, aneh, tidak seorang Hottentot pun datang ke pasar. Setelah bermusyawarah dengan penduduk setempat, seorang yang biasa menjadi pemandu peneliti asing menawarkan diri untuk mengantarkan kami. Setelah di ketahui bahwa dia bukan muslim, salah seorang anggota jamaah berdakwah kepadanya dalam beberapa menit. Akhirnya dia pun masuk islam.
Beberapa orang dari jamaah pergi masuk ke dalam hutan liar di temani pemandu dan penerjemah. Dengan sedikit usaha pemandu, dalam waktu singkat terkumpul 25 orang laki-laki dan perempuan. Seorang dari jamaah menyampaikan kepentingan dan kenikmatan Islam kepada mereka dengan di bantu dua penerjemah sekaligus. Jamaah menyampaikan kepentingan dan kenikmatan Islam dalam bahasa Arab yang di terjemahkan ke dalam bahasa Hottentot.
Setelah beberapa menit jamaah berbicara mereka pun masuk Islam. Beberapa orang di bawa ke masjid untuk di ajari agama. Kemudian dua orang lagi menyusul jamaah ke masjid untuk masuk Islam. Setelah tiga hari di sana jamaah pindah ke masjid lain dengan di ikuti tiga orang dari suku Hottentot. Kami meghubungi seorang 'kyai' (ulama) di sana supaya dakwah dan bimbingan agama kepada mereka di tindak lanjuti.
Selama sebulan tidak bisa di hitung berapa orang masuk Islam. Hanya di dakwahi jamaah beberapa menit saja; polisi, pedagang, orang yang menunggu masjid, bahkan orang yang baru mandi di sungai langsung masuk Islam. Setelah jamaah pulang, bertepatan dengan musim haji pada tahun yang sama, 'kyai' yang di beri tanggungjawab untuk membimbing agama kepada orang-orang Hottentot itu datang ke Makkah. Beliau menginformasikan sekarang sudah hampir dua ribu orang Hottentot masuk Islam. Alhamdulillah.
Beberapa karguzari lainnya di buku tersebut,
Di Sepanyol, jamaah yang pertama kali di kirim mencari orang keturunan Arab yang sudah banyak murtad. Di jumpai seorang Arab Kristen. Setelah di lacak (diselidiki) ia masih keturunan Sahabat Umar bin Khattab r.a. Jamaah berkata kepadanya, “Harimau selalu beranak harimau. Tidak bisa yang lain. Kamu keturunan Orang Islam, maka harus Islam.” Dia bersama keluarganya pun masuk Islam kembali.Di Inggris, dengan usaha sederhana ini, Allah swt. mewujudkan kurang lebih tiga puluh pondok pesantren salaf dan puluhan pesantren Al-Quran. Di Perancis, sejak pertama kali dakwah tabligh di mulai (sekitar tahun 50-an) hingga sekarang telah berdiri tiga ribu masjid di sertai gelombang masuknya orang-orang kafir ke dalam agama Islam. Di Pakistan, penuilis menemui seorang pemuda dari Moskow datang ke Pakistan bersama jamaah dengan niat akan menghafalkan Al-Quran.
Pada tahun 2000 Indonesia mengirim dua jamaah ke Amerika. Mesjid-mesjid yang mereka datangi di antaranya adalah bekas gereja kosong yang sudah di tinggalkan para pengikutnya (orang Kristen). Gereja kosong tersebut di beli oleh orang Islam, kemudian di jadikan masjid. Ketika dua jamaah bergerak di sana, hampir setiap hari menyaksikan orang-orang Amerika baik yang berkulit putih maupun kulit hitam masuk Islam.
Dari Ibnu Hatari, Maulana Ibrahim berkata dalam bayan subuhnya pada 15/7/2010 di Masjid Bangawali, Nizamuddin: “Natijah hujan adalah air yang bersih dan pada sudut pandangan, adalah satu makhluk biasa. Tetapi kesan pergerakannya amat luar biasa. Wujudnya hujan, satu perkara akan menjadi hidup (tanah kering kontang menjadi subur dengan tumbuh tumbuhan). Begitu juga pergerakan umat ini, pergerakan hujan natijahnya memberi manfaat. Air hujan membasahi setiap penjuru tempat, tanpa mengira keadaan tempat tersebut. Dengan wujudnya hujan, maka faedahnya dapat memberi manfaat kepada satu kehidupan. Air itu diumpamakan agama dan pergerakan hujan diumpamakan pergerakan umat dengan kerja agama.”
Allahu a'lam
Karqusari ke.8 :
Catatan karguzari (laporan) Syaikh Ghulam Musthafa Hasan dan Syaikh Muhammad Aman bin Al-Jamy rahimahullah (1349-1416 H) seperti mana yang terdapat di dalam buku Jilaaul Adzhan terjemahan Indonesia, Menyingkap Tabir Kesalahfahaman terhadap Jamaah Tabligh.Karguzari Syaikh Muhammad Aman bin Al-Jamy
Surat syaikh rahimahullah berisi laporan kunjungannya ke Ijtima' Dhaka, Bangladesh (Jan,1979). Pihak Universiti Islam Madinah telah menghantar syaikh rahimahullah yang pada masa itu menjawat jawatan sebagai Dekan Fakulti Hadis dan Pengajian Islam; dan turut bersamanya, Syaikh Abdul Karim Murad daripada Fakulti Syariah. Catatan mengambil sedikit daripada laporan tersebut, kisah seorang pemuda yang turut menghadiri ijtima' serta pandangan ringkas syaikh rahimahullah terhadap jemaah tabligh.Syaikh rahimahullah dalam suratnya mengatakan;
❝ Saya sebutkan sebuah kisah pendek tentang seorang pemuda dari Riyadh, yang telah hadir di ijtima' Dakka bersama sekumpulan pemuda dari Amerika. Ia telah diselamatkan oleh Allah dari kehidupan jahiliyyah yang telah mengakar di Amerika dengan sebab jamaah ini. Pemuda tersebut menyatakan keinginannya kepada saya untuk melaksanakan Umrah, dengan harapan ibadah ini menghapus keburukan dosa-dosanya dan membersihkan jahiliyyahnya.
Tentu saja, saya mendorongnya untuk melakukan itu, sesudah saya terangkan kepadanya keutamaan taubat, bahkan ia dapat menghapus dosa-dosa sebelumnya. Dengan perasaan malu yang sangat tampak di wajahnya, ia berkata, "Syaikh Muhammad, saya ingin melaksanakan Umrah, tetapi saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kalau saya sampai di Makkah. Sebab, saya telah lupa semuanya yang saya pelajari di (SMA) dahulu, sebelum saya pergi ke Amerika. Saya telah kehilangan segalanya." Ia mengatakan hal ini dengan penuh keharuan. Saya pun sangat terharu mendengar pengakuannya. Saya katakan kepadanya, "Mari kita sedikit menjauh dari keramaian orang, saya akan menerangkan amalan-amalan Umrah." Ia berkata, "Bolehkah saya merekamnya?" Saya berkata, "Silakan, kalau engkau memiliki tape recorder dan kaset." Kemudian, saya juga diminta untuk menerangkan semuanya dengan ringkas dan saya beri dorongan kepadanya untuk mengunjungi Masjid Nabawy dan Universitas Islam di Madinah Munawwarah untuk mendapat bekal berupa buku-buku dan risalah-risalah yang bermanfaat.
Satu hal yang ingin saya kemukakan secara ringkas dari kisah ini dan kisah sebelumnya, bahwa Jamaah Tabligh mempunyai hasil kerja yang sangat panjang untuk disebutkan, yang tidak dimiliki olej Jamaah da'wah lain, dan di dunia Islam lainnya. Hasil kerja mereka dapat dilihat dengan jelas dan tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun, baik kawan maupun lawan.
Rahsia keberhasilan ini adalah karena jamaah ini menjadikan da'wah ilallah dan usaha perbaikan manusia sebagai tujuan hidupnya. Bagi jamaah ini, hanya memegang da'wah dengan tangan kiri dan hidup dengan menyandang namanya dengan tangan kanan saja belumlah cukup, tetapi, mereka memegang da'wah dengan kedua tangannya. Kemudian, mereka menjauhi ambisi untuk cinta kepada pujian dan sanjungan. Pujian manusia, ejekan bagi mereka sama saja, sehingga hidup ini menjadi sederhana.
Karena masalahnya sangat jelas, dan kesan da'wah mereka juga sangat jelas, isyarat ini saya cukupkan. Dan bagi orang-orang yang beramal, pengaruh amal dan usaha mereka menjadi bukti bagi mereka. Semoga Allah s.w.t memberikan taufiq kepada kita. ❞
Di akhir surat, syaikh rahimahullah menyertakan beberapa usulan, ini termasuklah menyarankan supaya pihak Universiti Islam di Madinah menggalakkan mahasiswa-mahasiwa dan dewan tenaga pengajar menyertai muktamar-muktamar yang diadakan oleh jemaah tabligh.
Biografi syaikh rahimahullah serta pujian-pujian ulama kepadanya seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dan Syaikh Shalih al-Fauzan, boleh rujuk di laman ini, para ulama ahlu hadist.
Karguzari Syaikh Ghulam Musthafa Hasan
Syaikh Ghulam Musthafa Hasan merupakan alumni dari Universiti Islam Madinah, Rektor Universiti Al-Muhammadiyah Khusus untuk Wanita dan pengarang buku Jilaaul Adzhan ini. Di bahagian mukaddimah, syaikh menceritakan pengalaman awalnya menyertai jemaah dan menyertakan karguzari yang berikut ini;❝ Pada tahun 1395H (1975), saya memperolehi kesempatan untuk khuruj fi sabilillah selama 40 hari ke Sudan. Akhirnya, tahulah saya bahwa mereka adalah orang-orang yang hatinya telah dirasuki kesedihan dan kerisauan yang dalam karena melihat keadaan umat Islam pada hari ini. Dalam kerja besar ini, mereka tidak mempunyai kepentingan dan tujuan pribadi. Karena keikhlasan dan kesungguhan mereka dalam berda'wah. Allah s.w.t telah memberikan hidayah kepada banyak hamba-hamba-Nya.
Dalam perjalanan tersebut, di sebuah stasiun kereta api di Syindi, saya melihat seorang pemuda Tunis bersama seorang gadis Amerika. Pada waktu itu, kami sedang dalam perjalanan menuju Port Sudan. Pemuda Tunis tersebut bersama-sama naik kenderaan kami. Maka seorang di antara kami berbicara kepadanya tentang iman sehingga Allah s.w.t telah memberikan karunia hidayah kepadanya. Sekembalinya kami ke Saudi Arabia, pemuda tersebut telah datang untuk melaksanakan Umrah. Ia juga telah hafal beberapa juz Al Qur`an. Rupanya, pemuda tersebut termasuk keturunan As-Sadaat ia mempunyai famili di Madinah Al-Munawwarah.
Setelah tamat dari Fakultas Da'wah dan Ushuluddin di Universitas Islam Madinah Al-Munawwarah, saya menjadi tenaga da`i di Lembaga Riset Ilmiah, Fatwa, Da'wah dan Bimbingan Islam di Mauritius, kemudian di negeri Bahrain dan berkerja di sana selama dua belas tahun. Selama masa tersebut, saya telah mengunjungi banyak negara. Sungguh, saya belum pernah melihat pengaruh jamaah mana pun yang menyamai pengaruh Jamaah Tabligh. Karena takut akan pengaruh jamaah ini, sebagian orang menentangnya dan melemparkan berbagai tuduhan yang berbahaya. Tetapi, karena keikhlasan mereka, Allah s.w.t selalu menolong dan membela mereka melalui bantuan ghaib-Nya. ❞
Semoga Allah s.w.t memberi ganjaran yang besar kepada alim ulama atas pengorbanan mereka dalam usaha da'wah tabligh dan membuka dada-dada para alim ulama lainnya untuk turut mengorbankan tenaga, fikiran dan memberikan kerjasama dalam usaha yang mulia ini demi ad-deen Allah Ta'ala. Aamiiin.
Nota: Buku Jilaaul Adzhan menampilkan surat-surat para ulama yang mukhlis di Kerajaan Saudi Arabia, diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz. Dipaparkan juga penjelasan serta pandangan Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy dan Syaikh Yusuf bin `Isa Al-Malahy. Muat turun pdf Jilaaul Adzhan terjemahan Indonesia di 4share.
Karqusari ke.9 :
Cerita ini mirip ketika di Belanda dulu saya berjumpa dengan jamaah Pakistan campuran Maroko yang sedang khuruj di kota Groningen.Di sela-sela kuliah, biasanya saya menyempatkan diri untuk sholat jamaah di masjid dekat kampus. Setahu saya ada beberapa masjid di Kota Groningen dan 3 diantaranya sempat saya kunjungi. Satu masjid dekat kampus saya, kami menyebutnya masjid Maroko karena menurut teman saya masjid itu dulunya perpustakaan yang dibeli oleh orang-orang Maroko kemudian disulap menjadi masjid. Ukurannya tidak terlalu besar kira-kira kapasitas 200-an orang. Di Belanda ada peraturan, suatu bangunan sekalipun boleh difungsikan sebagai masjid, namun bentuk dan arsitektur bangunan tidak boleh diubah, hanya interior dalamnya yang boleh disesuaikan dengan kebutuhan. Alhasil, masjid itu lebih mirip rumah Belanda kuno dan tidak ada tanda-tanda masjid pada umumnya seperti kubah, menara ataupun ruang imam yang biasanya menonjol keluar.
Bagi saya dan pada umumnya mahasiswa muslim yang kuliah di Groningen University maupun Hanzehogeschool, masjid Maroko ini merupakan tempat sholat yang paling dekat dengan kampus maupun dengan flat tempat tinggal mahasiswa. Disamping itu, jalan menuju ke kampus melewati masjid tersebut sehingga memudahkan aksesnya.
Satu lagi keuntungan masjid tersebut bagi saya adalah toko makanan halal yang ada didalamnya. Sekalipun ukuran tokonya hanya sekitar 3×4 m2 namun isinya cukup lengkap untuk kebutuhan sehari-hari. Ragu2 rasanya kalau harus beli daging potong maupun ayam potong di toko maupun pasar umum, sehingga toko di masjid tersebut menjadi langganan saya untuk santapan sehari-hari.
Masjid kedua di kota Groningen yang pernah saya kunjungi adalah Masjid Turki. Kami menyebutnya begitu karena masjid ini dibeli oleh orang-orang Turki dan mereka pula yang sehari-hari mengurusnya. Letaknya kira-kira 2 km dari masjid Maroko. Agak jauh dari areal kampus maupun flat mahasiswa.
Masjid Turki ini cukup besar, ukurannya kira-kira 4 kali masjid Maroko, dengan kapasitas sekitar 800-1000 orang. Uniknya, masjid Turki ini awalnya adalah Gereja Tua yang sudah tidak dipakai dan dibeli oleh orang Turki kemudian diubah menjadi masjid. Di Belanda memang ada aturan, bangunan tempat ibadah boleh dijual tapi tidak boleh berubah fungsi menjadi rumah ataupun pertokoan maupun kantor. Fungsinya harus tetap sebagai tempat ibadah atau tempat sosial. Maka banyak gereja-gereja di Belanda yang dibeli oleh masyarakat muslim kemudian disulap menjadi masjid.
Hanya saja, seperti Masjid Maroko di atas, bentuk luar masjid ini pun masih bentuk luar gereja. Benar-benar eksterior gereja. Yang berubah adalah lambang salib yang ditiadakan dan diganti bulan sabit. Sedangkan menara dan jam penanda waktu yang menjadi ciri khas gereja-gereja eropa masih tetap seperti sediakala.
Ada yang khas pada masjid Turki ini. Di dalam masjid ada meja biliard, juga disiapkan papan-papan catur dan rak-rak koran. Orang-orang turki yang akan sholat, terutama sholat isya atau maghrib, sambil menunggu waktu sholat tiba, mereka kadang2 main billiard atau catur. Ah… memang masih terbawa nuasa sekulerisasi di negeri mereka. Namun itu lebih baik daripada mereka tidak sholat… iya kan.
Di masjid Turki saya belum pernah melihat aktivitas jamaah tabligh. Tapi di masjid Maroka saya pernah melihat jamaah Malaysia sedang khuruj dan i’tikaf di situ, tapi waktu itu aku pas lagi sangat sibuk dg tugas-tugas kuliah sehingga tdk terlalu perhatian. Sekalipun waktu di Jakarta saya pernah aktif khuruj dari tahun 1994 – 2000, namun ketika kuliah di Belanda tahun 2002-2003 tsb saya sudah cukup lama meninggalkan aktivitas khuruj shg hati saya belum tersentuh untuk bergerak lagi. Yang pasti, Alloh masih belum membuka hidayah untuk saya kala itu.
Saya sungguh mengerti, perasaan seperti ini mungkin juga dirasakan oleh saudara-saudara muslim yang lain ketika datang rombongan tabligh yang umumnya berjumlah 7-10 orang ke masjidnya. Pertama yang dirasakan masyarakat adalah perasaan aneh. Aneh saja, ada orang mau jauh-jauh datang ke tempat kita hanya untuk tidur di masjid, kadang masak-masak di masjid dan kelililng ke rumah-rumah warga untuk ngajak orang ke masjid. Padahal kadang-kadang yang diajak ke masjid itu adalah orang yang setiap hari sudah ke masjid, atau sudah jadi pengurus DKM. Bahkan mungkin penyumbang terbesar di masjid itu. Aneh juga orang-orang ini berceramah atau baca buku fadhilah amal setiap selesai sholat.
Perasaan kedua, adalah rasa risih, kok ada orang-orang asing, dengan pakaian-pakaian asing dan penampilan berjenggot seperti pakaiannya Diponegoro atau imam Bonjol. Pakaian Jadul bener… Sebagian ada yang berpenampilan rapi tapi kebanyakan penampilan ala kadarnya, mungkin bajunya sudah lama tidak diseterika. Tapi rata-rata mereka memakai minyak wangi, bersiwak dan kadang-kadang pakai celak mata. Apa mereka teroris ya, apa ngak ya… Kalo teroris kok nekat banget tidur di masjid dan pake pakaian yang jadul gitu… apa ngak cepet diendus aparat atau intel.
Perasaan ketiga, cuek…, biarin saja asalkan mereka tidak menganggu masyarakat. Itung-itung bisa mendengarkan ceramah gratis, daripada ngundang ustadz dari jauh kan harus bayar. Orang-orang ini datang kan ngak dibayar dan masak sendiri. Ya… udah biarin aja, siapa tahu dia bisa mengajak orang-orang di jalan-jalan yang ngak pernah ke masjid itu biar pada ke masjid.Tapi kalo ngajak saya yah entar dulu… paling saya bilang IngsyaAlloh… Apalagi ngajak-ngajak keluar 3 hari bagaimana ngatur waktunya kegiatanku kan bejubel… hiii…hiii aneh-aneh aja nich orang.
Perasaan keempat, unik…, ini unik dan menarik juga… mungkin enak juga kali ya, tidur di masjid… bareng orang-orang ini, kayaknya mereka orang baik-baik kok. Mereka ramah-ramah dan ngak menutup diri. Kalau ditanya satu pertanyaan saja mereka langsung menyambut antusias. Sungguh orang-orang ini sangat bersahabat. Mereka nampaknya bukan orang jahat. Hanya saja ini orang asing… jangan-jangan nanti ada maksud apa… apa. Bagaimana ya… Udahlah ngapain ngambil resiko terjadi apa… apa, lagian orang di kampung ku juga ngak ada yang ngikut gitu2.
Selama di Belanda saya tidak terpikir untuk khuruj bersama rombongan jamaah tabligh. Disamping saya tidak yakin ada aktivitas khuruj di negeri eropa, saya juga ingin lebih konsentrasi menyelesaikan kuliah secepatnya. Maklum, waktu itu aku meninggalkan istri yang masih hamil anak pertama kami. Ah berat amat rasanya, baru menikah 2 bulan sudah harus berpisah gara-gara ngambil program master. Tapi mertua saya waktu itu sangat mendukung saya, juga istri saya dan semua keluarga besar juga mendukung, sehingga kelahiran ank pertama juga saya tidak menungguinya. Ah… untuk dapat dunia, pengorbanannya demikian besar.
Kadang2 saya berpikir, kalau misalnya saya tinggalkan istri “hamil anak pertama” itu untuk khuruj/dakwah, dan bukan untuk kuliah S2, boleh ngak mertua saya ya… mau ngak ya istri saya he… he… Lucu juga ya… kalo untuk urusan dunia pasti boleh tapi untuk urusan dakwah dan agama “beraaaaaat banget”. Memang setannya banyak… dan setan juga punya banyak dalil he…he…
Namun saya tidak mengerti, ketika suatu hari salah seorang jamaah Pakistan mendekati saya dan mengajak saya keluar 3 hari, saya menyetujuinya. Jadilah, saya ikut keluar (khuruj) beberapa hari bersama mereka, kami mengunjungi rumah-rumah orang muslim satu per satu. Jamaah tersebut sudah memegang alamat nama-nama muslim di kota tsb shg ketika tidak berjumpa di rumah satu maka akan bergerak ke rumah lainnya.Demikian seterusnya sampai hari itu habis.
Kadang kami ketemu dengan tuan rumah, maka kami berbincang-bincang dengannya tentang sholatnya bagaimana, kerjanya bagaimana, suasana agama di kantor bagaimana dll. Seringkali ngak ketemu dan kami balik lagi di lain hari.
Indah sekali…. yang lebih berkesan bagi saya, ketika kami mengunjungi assylum seeker, tempat “penahanan” sementara imigran gelap yg umumnya dari afrika. Kami berbincang-bincang dengan mereka ttg latar belakang kehidupan mereka di sana, tentang keluarganya…. dan terutama amalan-amalan ibadahnya seperti sholat… dll.
Bagi yang belum memahaminya, maka usaha dakwah ini sepertinya buang-buang waktu. Namun bagi yang telah ikut 3 hari misalnya, maka usaha agama ini adalah tujuan dari diturunkannya para nabi dan rosul, juga tujuan dari kehidupan kita. Hakekatnya usaha dakwah ini adalah untuk memeperbaiki diri sendiri dengan cara mengajak orang lain membicarakan iman dan amal sholeh.
Wassalam,
Abu Izza Adduri
Pengalaman Seorang Mahasiswa di Amerika Serikat
Maha besar Allah yang telah menciptakan manusia berbangsa bangsa, bersuku suku, dan bermacam macam bahasa dan agama atau keyakinan kepada Tuhan.
Setiap benda yang diciptakan oleh Allah dan kita lihat adalah cantik dan indah, lihatlah bermacam warna warni bunga2, lihatlah pula bermacam warna dan warni ikan di laut, lihat pula lah bermacam wajah dan warna kulit manusia, dan terakhir kita lihat pula bermacam macam keyakinan dan bermacam cara pengabdian kepada Tuhan. Subhanallah, Maha suci Allah yang menciptakannya.
Lain lubuk lain ikannya, lain kepala lain pendapatnya. Jemaah Tablig adalah sebuah jemaah Islam yang berpusat atau lahir di India yang mayoribeg penduduknya adalah beragama Hindu. Pemimpin Rohani jemaah Tabligh adalah Maulana Muhammad Ilyas lahir tahun 1885 dan meninggal tahun 1944 di kota Khanda, India.
Waktu saya tinggal di USA, salah seorang jemaah Tabligh mendekati saya, seorang pemuda yang fasih berbahasa English, dengan ramah tamah, senyumnya yang menawan, ia ingin berkenalan dengan saya dan saya diundang kerumahnya.
Ia menerangkan tentang pentingnya umat islam melakukan dakwah secara sungguh sungguh dan terpadu. Sebab kalau tidak demikian katanya, umat islam makin hari makin lemah keimanannya, karena mereka sibuk dengan segala aktivibeg sehari hari, baik sibuk bekerja, sibuk belajar, mereka lupa akan Tuhan, lupa bershalat berjemaah di Mesjid dll.
Dan bahkan mereka bisa lupa bershalat sebagai tiang agama dan akhlaq Islam. Inilah kami dari Jemaah yang sangat concern sekali terhadap pentingnya berdakwah mengajak teman2 kita untuk kembali kejalan yang di ridhoi Allah swt.
Sedangkan Rasulullah dan sahabat2 beliau mati matian, dan bahkan Nabi sendiri tidak jarang dilempari oleh batu2 sampai tubuh Nabi berlimang darah karena luka2. Tapi beliau tidak menyerah, beliau tidak marah dan membalas, beliau tetap tegar menyampaikan wahyu wahyu Allah dengan sopan santun, lemah lembut dan berkelanjutan.
Dan sampai sekarang berkat perjuang karena Allah semata mata, umat Islam sudah mendunia dengan jumlah umatnya lebih dari satu milyar orang. Kita bisa hidup beriman dan beragama Islam berkat perjuangan beliau yang mati matian.
Kemudian ia meneruskan penjelasannya tentang dakwah Tabligh yang dilakukannya. Mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabat berdakwah maka jemaah Tabligh 3 hari dalam sebulan, mulai hari Jumat sore sampai hari minggu berikutnya, menyediakan waktu, berkorban tenaga, meninggalkan keluarga pergi berdakwah ke kota kota lainnya. Ia dan kawan kawan pergi mengunjungi kota kota lain dan tinggal disana, apakah di mesdjid atau di sebuah rumah jemaah. Ia mengajak saya untuk ikut untuk bertabligh.
Alhamdulillah, pada suatu hari, saya mengikutinya pergi ke sebuah kota Tulsa , berjarak 3 jam naik mobil. Kami (4 orang jema?ah)tinggal disebuah rumah jemaah Pakistan yang sudah lama tinggal di Amerika.
Selama tiga hari kami pergi mengunjungi teman teman seiman, orang orang Islam yang tinggal disekitar kota Tulsa . Kami di guide oleh seorang Jemaah yang tinggal di Tulsa . Kami bersama sama mengunjungi rumah rumah atau apartemen2 atau sekolah sekolah dimana orang orang islam kemungkinan bisa bertemu, tanpa memberitahu lebih dahulu.
Seperti seorang salesman menjualkan dagangannya dari pintu ke pintu rumah,door to door marketing?
Suatu trategi yang baik dan sukses, walaupun berat melakukannya bagi orang yang kurang kuat kecintaannya kepada Rasulullah saw, tapi bagi mereka-mereka yang sudah biasa dan karena kecintaan kepada Tuhan dan agama Islam, bagi mereka saya lihat adalah suatu yang lezat, suatu perjuangan, kalau ada orang yang dapat ikut, itulah suatu kebahagian yang besar.
Tapi kalau tidak berhasil pada hari itu, juga suatu hal biasa dan diterima dengan hati yang besar pula , mungkin pada suatu hari ada orang yang terbuka hatinya untuk ikut bersama. Sesuatu yang dikerjakan dengan kasih sayang dan cinta, semua akan indah dan ringan melakukannya.
Kadang kadang kami bisa berberjumpa dengan penghuni rumah dan berbicara tentang kebesaran agama islam serta mengajak mereka untuk shalat berjemaah di mesjid, dan terkadang pula kami tidak bisa diterima, karena penghuni rumah ada kesibukan yang lain atau ada tamu dan sebagainya.
Tapi bagi kami semua tidak menjadi masalah, lain kali kami datang lagi. Semua sudah ditentukan oleh Allah swt.
Alhamdulillah, kesan kesan saya selama mengikuti bertabligh dengan jemaah Tabligh ini sangat menarik hati saya.
Semua kami mengerjakan tabligh ini hanya karena Allah semata mata, valonteer, suka rela untuk bekerja mengajak teman2 untuk bersama sama berjemaah di mesdjid, tanpa ada maksud tertentu, tanpa ada orang yang membiayai perjalanan dll, hanya untuk kebaikan saja, agar teman teman yang se islam, seiman jangan lupa akan Allah, jangan lupa shalatnya, jangan hilang keimanannya sewaktu tingal di negeri non muslim.
Subhanallah, bukan main cantik dan indahnya mereka- mereka ini berdakwah untuk kepentingan orang lain agar orang jangan berdosa, agar orang lain jangan mendapat azab di akhirat nanti, subhanallah. Suci dan indah sekali niatnya.
Kesan- kesan yang menarik dan indah saya alami sendiri adalah hidup sederhana, tinggal di mesjid atau di rumah jemaah, tidur dilantai, terkadang kita memasak sendiri. Kalau makan bersama sama dari piring yang besar, terasa akrab.
Dalam makan bersama ini yang menarik perhatian saya adalah betapa bersihnya piring tempat kita makan, karena tidak satu biji nasipun yang tertinggal, begitu pula kuah2nya habis dimakan dengan nimatnya. Maha Suci Allah dengan nikmat dan karunianya yang banyak.
Kemudian shalat bersama sama dan membaca Hadits.
Kita dapat merasakan betapa beratnya mengajak orang kepada kebaikan secara lahiriah karena meningalkan keluarga, makan sederhana mungkin. Tapi ada sesuatu hadiah yang diberikan oleh Allah dalam menjalan tabligh seperti ini antara lain; dapat bersilahturahmi dengan kawan2 seiman dan bertambahnya teman2 baru.
Kedua pikiran menjadi fresh dari pekerjaan rutin yang biasa dikerjakan dirumah. Dapat merasakan betapa beratnya Rasulullah saw bedakwah karena Allah semata mata untuk mengajak manusia ke jalan Allah.
Terakhir menambah keimanan kita, kesayangan kita kepada Rasulullah saw dan para sahabat2nya.
Maha Suci Allah, hebatnya, cantik dan indahnya perjuangan teman-teman dari jemaah tabligh semoga Allah menambahkan rahmat dan karunianya kepada mereka dalam mengembangkan, menjaga, dan mejayakan umat Islam di tengah masarakat dunia yang terbuka.
Demikianlah, kesan kesan indah kami, semoga ada manfaatnya, sekiranya ada kesalahan2 kami mohon dimaafkan karena kelemahan kami dalam memahami sesuatu, yang benar adalah milik Allah semata. Terimakasih.
Wasalamu?alaikum wr wb
Abdul Latif
http://www.mail-archive.com/hidayahnet@yahoogroups.com/msg01724.html
Karqusari ke.10 :
“ENCIK keluar sini, masuk kanan ada papan tanda ‘Vientiane Jamia Masjid’, ikut kiri tanda arahnya, encik akan jumpa masjid.” Kata Ali. tuan punya ‘Ali Restaurant’ dekat pusat bandar Viantiane, bila saya tanya di mana masjid.Di kota Viantiane (baca viencen) ada 2 masjid, tak lebih dari 400 orang Muslim disini. Masjid Jamik atau yang lebih populer dengan masjid Pakistan, di situlah tempat umat Islam yang kebanyakan dari kedutaan negara luar sholat Jumaat. Dikatakan imamnya sudah 40 tahun menjadi Imam di masjid ini. Beliau berasal dari India, kembali setahun sekali ke India kerana keluarganya masih tinggal di India. Di masjid ini, di tingkat bawahnya ada madrasah untuk anak-anak Muslim yang kebanyakan dari India, Pakistan, Kasmir dan Bangladesh. Masjid ini terletak hampir di tengah kota Viantiane, dekat air pancut City Center.
Masjid ini juga menjadi pusat komuniti Islam. Ketuanya dipilih jamaah disana 3 tahun sekali. Beberapa pengusaha restoran di Viantiane menjadi pengurus jamiah, kebanyakan pengelola restoran rumah makanan halal adalah warga pendatang. Ada Nazim Restourant, Tajmahal Restourant, dan Fatimah Restourant. Banyak juga orang asing bukan Islam yang makan di restoran halal tersebut, sehingga tak heran meskipun tertulis ‘halal food’ tetapi mereka tetap juga menyediakan wine, beer dan wiskey, yang jelas haramnya menurut syariat Islam.
Viantiane adalah ibukota negara Lao atau Laos, menggunakan bahasa resmi Laos. Pemerintahan Presiden dan Perdana Menteri, bagi negara komunis Choummaly Sayasone Bouasone Bouphavanh. Merdeka dari Perancis pada 19 Julai 1949. Republik Demokratik Rakyat Laos adalah negara yang terkurung di daratan Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat China di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kemboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari abad ke 14 hingga 18 disebut Lan Xang atau ‘Negeri Seribu Gajah’.
Awal sejarah Laos, didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, diteruskan pada abad 14 oleh kerajaan lokal Lan Xang hingga abad ke 18, setelah Thai menguasainya. Kemudian Perancis menguasainya pada abad ke 19 dan bergabung dalam Indochina Perancis pada tahun 1893. Selepas penjajahan Jepun selama Perang Dunia ke II, negara ini merdeka dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong. Kegoncangan politik di negara tetangganya Vietnam, membuat Laos menghadapi Perang Indochina ke 2 (disebut juga Perang Rahsia) yang lebih besar, antara penyebab ketidakstabilan negaranya hingga terjadi perang saudara dan beberapa kali rampas kuasa (kudeta).
Pada 1975 kaum komunis Pathet Lao yang didalangi Soviet Union dan komunis Vietnam berjaya menendang pemerintahan Raja Savang Vatthana sokongan Amerika Syarikat dan Perancis. Setelah mengambil alih negara ini, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos yang masih berdiri hingga kini. Laos mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada akhir dekad 1980 dan masuk ASEAN pada 1997. Jika dilihat dari sudut politiknya pula, satu-satunya parti politik yang diakui di Laos adalah Parti Revolusioner Rakyat Laos (LPRP).
Ketua negaranya adalah seorang presiden yang ditentukan oleh parlimen untuk masa jabatan 5 tahun. Ketua pemerintahnya adalah seorang Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Presiden dengan persetujuan dari parlimen. Perlaksanaan pemerintahan ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat berkuasa dan 49 anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang penting ditentukan Dewan Menteri. Laos mempunyai perlembagaan baru sejak 1991. Akhirnya diadakan pilihanraya umum. Begitulah politik negaranya.. kira-kira.
Berbalik mengenai masjid di dalam negara komunis seperti yang disebutkan. Ada satu lagi masjid di sini, iaitu kira-kira 3 Km dari pusat bandar, tapi saya tak sempat pergi. Saya sholat Magrib-Isyak (Qasar & Jamak) di sini. Ada kira-kira 10 orang sembahyang berjamaah. Rata-rata berpakaian serba putih, berjanggut lebat dan panjang, macam orang keturunan dari benua India. Lepas sholat, mereka berhenti sejenak, ber’ta’alim’, sesaorang berceramah dikelilingi dan didengari oleh yang lain. Itulah gaya dakwah dari kumpulan Jamaah Tabligh., pada hemat saya. Di Malaysia pun ada. Kalau di Malaysia mereka berpusat di Desa Petaling sekarang, sebelumnya di Masjid India KL.
Di negara-negara orang Islam Kumpulan Jamaah Tabligh kurang mendapat tempat istimewa. Ada yang mengkritik mereka hanya menumpukan ke arah ‘ibadat khusus’ sahaja. Tidak perduli siapa yang memerintah dan ‘ibadat-ibadat umum’ yang lain. Menekankan dakwah atau ‘keluar bertabligh’ dengan gaya tersendiri menentukan sasaran jumlah hari. Walau apapun tanggapan, mereka berjaya menorobos masuk berdakwah di dalam negara-negara bukan Islam. Tak perlu kita bising-bising, masing-masing bekerja kerana Allah mengikut kemampuan masing-masing. Yang hanya mampu jalan kaki, jalan kakilah! Yang mampu naik flight, naik flightlah!
Banyak bertengkar, takut semuanya tak jadi kerja. Dalam sebuah kitab ada di sebutkan, pemimpin Jamaah Tabligh, Maulana Elias pernah menyeru pengikutnya supaya melaksanakan Islam secara syumul. Di Laos, nampaknya puak-puak tabligh ini berjaya menghidupkan Islam. Al-hamdulillah.
Mengenai saya pula, ramai yang e-mail bertanya khabar. Sihat Al-hamdulillah. Cuma malangnya saya sendiri sekarang terbantut perjalanan di sini kerana beberapa sebab…
1… Kerana bajet lari, se waktu melintasi sempadan melalui jalan darat banyak guna wang di luar jangkaan.
2… Menjelang tahun baru, sering berlaku kehabisan tiket-tiket dan bilik sewa murah. Menyebabkan perjalanan tertunda dan kos perbelanjaan meningkat.
3… Mata wang Vietnam yang saya tukar berlebihan tidak dapat ditukar kembali di Laos, menyebabkan saya terpaksa simpan dan tidak boleh digunakan.
4… Bajet guna internet meningkat di luar jangkaan. Di China agak murah, tapi di Vietnam dan Laos mahal sikit.
Hal ini menyebabkan saya seolah-olah sesak nafas, kerana kos perbelanjaan yang tersedia cuma ‘cukup-cukup makan’ saja. Teringat kepada kata kawan saya sewaktu nak memulakan mana-mana perjalanan, “Bawa duit biar banyak, kalau takdak duit jangan jalan!”
“Nak tunggu banyak duit… bila nak berjalan? Kerana saya selalu tak cukup duit.” Jawab saya.
Teringat saya lagi kepada kata-kata Allahyarham Ustaz Abu Bakar Hamzah bekas pemimpin awalan PAS yang mengembara dari sebuah negara ke sebuah negara hingga ke Eropah. Beliau akhirnya berjaya sambung pelajaran di sebuah universiti di sana, walaupun kurang wang dan terpaksa ambil upah cuci pinggan di restoran menurutnya, seperti yang diceritakan kapada saya sendiri.
“Kalau ada wang pergi, pergilah! Jangan fikir wang balik. Wang balik mesti ada, dengan izin Allah!” Nasihatnya pada saya, bila saya tanya pandangan dan penglamannya tentang tiada wang untuk bermusafir.
Hal ini mengingatkan lagi kisah seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Zar Al-Ghifari, beliau tidak pernah memikirkan tentang harta dan bekalannya untuk besok.. Berapa yang ada, belanjakan! Begitu juga dengan sifat dermawan ibu Abdullah bin Zubair, iaitu Asma binti Abu Bakar, anak Khalifah Islam yang pertama. Mungkinkah sama dengan seorang lagi kawan saya yang beristeri ramai, bila ditanya mengenai pengalaman dan nasihatnya kepada bakal suami-suami yang nak berpoligami…
“Kalau kamu nak kahwin, kawinlah kerana Allah! Dua, tiga atau empat… Jangan risau apa kata isteri tua atau orang lain, kerana semuanya mesti ada jalan selesai yang baik akhirnya. Kahwin dulu, selesaikan kemudian!” Katanya sebagai jalan selesai.
Sekian untuk kali ini.
Ibnu Hasyim
Karqusari ke.11 :
Mimpi Bertemu RasulullahIni mimpi yang saya alami, di awal2 berusaha sepenuh hati beramal. Awal tahun 1999. Saat itu saya masih culun2nya dalam hal pemahaman bahwa Islam itu bergolong2an. Saya mulai beramal dari buku2 tentang sifat2 Rasulullah, dan panduan2 kecil puasa, sholat dan sebagainya. Kemudian saya mulai mikir, “Ini kok yang jama’ah ke masjid sedikit sekali sih?”. Eh, pas di mushola Pogung Dalangan, Jogja, ada orang berkerumun lepas sholat subu, saat saya tanya, “Ini sedang apa mas?”. Dijawab, “ini kami sedang musyawarah subuh u/ nanti keliling2 ajak orang2 sholat”. Pucuk dicinta ulam tiba, saya langsung jatuh hati saat itu juga…
Mulai ikut musyawarah2, 2.5jam, malam markaz dan juga khuruj 1 hari. Saat itu tidak tahu apa sih nama jama’ah ini. Juga tidak mengerti tentang jama’ah2 dalam Islam. Sampai saya akhirnya membaca tentang empat mahzab, “Lho, kok 4? Kok tidak 1 saja sih : Islam?”. Itu awal saya mulai bersedih dan risau dengan umat. Dan mulai membaca lebih dalam tentang pertikaian jaman sahabat dulu : sampai akhirnya membaca tentang peristiwa Karbala. Ya Allah, itu kesedihan yang amat dalam.
Saya mulai meminta bertemu Rasulullah. Tiap hari air mata susah sekali dibendung kalau ingat Rasulullah. Kuliah semester2 awal tersebut, menjadi hambar. Tiap hari sebelum tidur saya menangis minta bertemu Rasulullah. Sampai2 bantal basah oleh air mata. Namun, kurang lebih 1 bulan seperti itu, air mata saya tidak bisa menetes lagi. Saya ingin menangis seperti biasa saat akan tidur, tapi tidak bisa. Terasa ada sesuatu yang menahan hati u/ menangis. Saya berprasangka, “Yah, doaku tidak dikabulkan”.
Sampai kemudian ada jama’ah dari Malaysia keluar di mushola saya. Saya tidak mengerti namanya, tapi saya nushroh jama’ah tersebut. Di malam hari, sebelum tidur saya usahakan membaca surat Yusuf sebagaimana yang dipesankan ayah saya saat itu. Sulit sekali, saat itu masih terbata2 dalam membaca Qur’an.
Di saat tidur tersebut, saya bermimpi.
Bermimpi berdiri di depan gerbang kota. Saya lihat di bagian kiri bawah gerbang tersebut, ada tulisan, “Madinah Ar-Rasul”. Saya belum pernah membaca / mendengar kata2 itu, tapi kemudian ada suara yang terdengar, “Ini kotanya Rasulullah”. Wah, saya semangat sekali!
Semua rumah-rumah di kota tersebut saya masuki. Saya buka pintu2nya, tapi kosong. Sampai akhrnya ada rumah yang paling kecil dan sederhana di kota tersebut. Saya buka pintunya. Ada bilik. Saya menerobor masuk ke bilik tersebut, dan disitu saya lihat sesosok orang berjubah putih-putih (tepatnya Gamish), sedang berbaring sembari tangannya diletakkan di dahinya, seperti sedang berpikir. Tidak mengenakan tutup kepala, sehingga saya bisa melihat rambutnya yang ikal. Wajahnya putih bercahaya, sehingga saya tidak bisa melihat detail wajahnya, kecuali sedikit saya lihat alisnya.
Lama saya pandang wajah tersebut. Dalam hati saya berucap, “Ini Nabi. Saya akan bertanya!”. Kemudian saya sapa Nabi SAW,
“Ya Nabi, bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?”
Beliau SAW bangkit dengan kaget, dan menjawab, (sembari kakinya masih berselonjor), “Boleh, tanya apa saja”
Saya lanjutkan, “Ya Nabi, bagaimana caranya saya berada di surga bersama-sama engkau?”
Beliau terdiam lama. Sampai-sampai saya merasa takut Beliau SAW marah. Tapi kemudian Beliau SAW melanjutkan,
“Bisa. Tapi kamu harus berada bersama-sama di dalam satu Jama’ah”
Saat mengatakan tersebut saya sudah mulai tersadar, dan saya lihat Nabi SAW dari kejauhan, dalam posisi berdiri. Saat saya lihat ke atas saya, saya merasa ada sosok/sesuatu yang putih tinggi menjulang terus sampai ke atas. Entah malaikat atau cahaya putih yang tinggi menjulang. Kemudian saya tertidur lagi.
Saat bangun, saya sudah seperti orang linglung. Gontai, lemah dan tidak bisa berpikir. Mudah sekali saya nangis saat itu, dan takut kalau ada yang tahu mimpi ini. Eh, waktu musyawarah pagi, amir rombongan malah bertanya seperti ini, “Siapa tadi malam yang mimpi bertemu Rasulullah?”
Haduuuh, saya tambah mengkeret. Takut sekali. Setelah itu, saya ceritakan mimpi ini cuma ke beberapa teman terdekat, dan juga orang tua. Setahun tersebut, akhirnya mimpi itu jelas bagi saya : bahwa betapa Islam terdiri dari bergolong-golongan, dan saya harus berada di dalam satu Jama’ah agar bisa berada di surga bersama Rasulullah.
Saya memilih Jama’ah Tabligh.
Posted 20th June 2011 by Eko Suprapto Wibowo